Asaa'Ah

AHMAD ASMUI PUTRA JALERE SANKING BAPAK SURADI LAN SITI ZULAIKHO

spider

text asmui






salju


Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

RSS

Makalah pengembangan kurikulum " Perkembangan Kurikulum Tahun 1975 dan 1984

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM
“PERKEMBANGAN KURIKULUM
TAHUN 1975 DAN 1984”

Makalah Ini Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Kurikulum semester III Jurusan PAI
Dosen Pengampu: Dr.  Sukiman, S.Pd, M.Ag

Description: E:\Logo-UIN-Sunan-Kalijaga-Yogyakarta.jpg







Di susun oleh :

1.   Ahmad Asmui                  (14410050)
2.   Fitchatur Rizkoh              (14410132)
3.   Alviani Wahyu Agustina (14410178)
                                      


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  SUNAN KALIJAGA
TAHUN 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-Nya kepada Kami dengan keadaan sehat wal afiat. dan tak lupa Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama islam dari zaman jahiliyyah sampai pada zaman Islamiyah ini, Sehingga kami dapat menyelesaikan suatu makalah yang menjadi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum, jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Makalah yang berjudul “Perkembangan Kurikulum Tahun 1975 dan 1984” merupakan aplikasi dari kami selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut,juga untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana Perkembangan Kurikulum Tahun 1975 dan 1984.
Dalam penulisan Makalah ini penulis menyadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
  1. Dr. Sukiman, S.Pd, M.Ag selaku Dosen pengampu dan pembimbing mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
2.    Kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan Makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari tentang Bagaimana Perkembangan Kurikulum Tahun 1975 dan 1984. Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
                                  
                                                                                                               Yogyakarta, 10 Februari 2015
                                                                                                             Penyusun

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii

BAB I PENADAHULUAN.............................................................. 1
1.1  Latar Belekang..............................................................................1
1.2  Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3  Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
1.4  Teknik Penulisan.......................................................................... 2
1.5  Sistematika Penulisan....................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................. .....4
2.1  Definisi Kurikulum........................................................................4
2.2  Fungsi Kurikulum......................................................................... 5
2.3  Kurikulum 1975............................................................................ 10
2.4  Kurikulum 1984............................................................................ 14
2.5  Perbedaan Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984.........................19
BAB III PENUTUP............................................................................22
      3.1 Kesimpulan........................................................................ .....22
DAFTAR PUSTAKA          

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang.. Masing-masing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan zamannya.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut. Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru, sehingga pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu yang sudah biasa diterapkannya. Dalam makalah ini, pemakalah akan menjelaskan bagaimana perkembangan kurikulum pada tahun 1975 dan 1984.

1.2.Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan , penulis membatasinya dengan memberikan rumusan masalah berikut ini:
1.      Apa yang di makhsud dengan kurikulum?
2.      Apa fungsi kurikulum?
3.      Bagaimana perkembangan kurikulum 1975 ?
4.      Bagaimana perkembangan kurikulum 1984 ?
5.      Bagaimana perbedaan antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 ?
1.3.Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang di paparkan di atas, penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1.      Untuk mengetahui apa yang di makhsud dengan kurikulum.
2.      Untuk mengetahuI apa fungsi kurikulum.
3.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum 1975.
4.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum 1984.
5.      Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984.
1.4.Teknik Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, teknik penulisan yang digunakan adalah dengan Teknik Telaah Pustaka, yaitu meneliti kepustakaan atau buku-buku yang cocok dengan pokok pembahasan dengan menerangkan sumber-sumber tertulis. Disamping menggunakan Teknik Telaah Pustaka, kami juga menggunakan teknik Searching, yakni mengambil referensi dari Internet  dengan tujuan untuk membantu memperjelas dan agar lebih mudah memahami daripada isi makalah tersebut.


1.5.Sistematika Penulisan
Agar makalah ini tersusun dengan baik, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN, yang meliputi : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penulisan, Teknik Penulisan, Sistematika penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN, yang meliputi : Pengertian dan penjelasan-penjelasan.
BAB III. PENUTUP, yang meliputi: Kesimpulan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Definisi Kurikulum
Ditunjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata currere yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai finish. Jarak dari start sampai finish ini disebut dengan currere. Atas dasar tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan[1].
Secara Operasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.      Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekoalah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.
2.      Bahan tertulis yang dimakhsudkan untuk digunakan oleh guru dalam melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya.
3.      Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri teerpenting dalam suatu rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru disekolah.
4.      Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.
5.      Suatu program pendidikan yang direncanakan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu[2].

Definisi tersebut diatas dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kurikulum yang direncanakn dan dilaksanakan disekolah serta kurikulum sebagasi program yang direncanakan dan dilaksanakan didalam kelas. Perencanaan dan pelaksanakaan program tersebut dimakhsudkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian kurikulum berkedudukan sebagagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Apabila kurikulum dipandang sebagi alat untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, maka kurikulum dalam kedudukannya harus meramalkan kejadian dimasa yang akan datang, tidak hanya melaporkan keiberhasilan peserta didik. Kurikulum adalah sesuatu yang sangat menentukan (atau paling sedikit dapat meramalkan) hasil pengajaran yang diharapkan. Disamping kurikulum itu berkenaan dengan tujuan, kurikulum juga berkenaan dengan hasil pendidikan yang dapat dicapai, yang tidak menyimpang dari tujuan mana yang ditetapkan sebelumnya. Dengan perkataan lain, kurikulum menunjuk kepada apa yang sebenarnya harus dipelajari oleh peserta didik (What is to be learned)[3].
2.2    Fungsi Kurikulum
Dalam proses belajar jelas kedudukan kurikulum sagat penting, karena dengan kurikulum maka anak sebagi individu yang berkembang akan mendapatkn manfaat. Namun disaamping anak kurikulum juga berfungsi bagi kepentingan. Diantara kepentingan-kepentingan itu adalah sebagi berikut[4]:
1.      Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Bila kita bertolak dari definisi kerja kurikulum pada bagiam yang lalu, dapat kita simpulkan bahwa kurikulum suatu sekolah pada dasarnya merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai, maka salah satu tindakan yang mungkin diambil adalah meninjau kembali tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah tersebut.
Dengan kata lain, bila tujuan-tujuan yang diinginkan tidak tercapai, maka orang cenderung untuk meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain adalah meninjau kurikulum. Tujuan pendidikan dapat dijabarkan dari tujuan tertinggi yaitu tujuan pendidikan terakhir yang akan dicapai yang disebut tujuan pendidikan Nasional sampai kepada tujuan yang paling rendah, yaitu tujuan yang ingin dicapai setelaah kegiatan belajar.
Mengenai tujuan pendidikam di negara kita secara hirarkis dapat disebutkan sebagai berikut:
a.              Tujuan Nasional.
b.             Tujuan Instusional.
c.              Tujuan Kurikuler.
d.             Tujuan Instruksional.
Tujuan-tujuan tersebut harus dicapai secara bertingkat. Tingkatan terendah harus mendukung tercapainya pendidikan tujuan pendidikan Nasional.
Kurikulum merupakan suatu alat atau jembatan untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu hasilnya harus dapat memenuhi tujuan yang dikehendaki. Jadi fungsi kurikulum disini adalah sebagai alat atau jembatan untuk mencapai tujuan[5].
2.      Fungsi Kurikulum bagi Anak.
Kurikulum sebagai organisasi belajar tersusu, adalah disiapkan untuk anak-anak/ murid sebagai salah satu konsumsi endidikan mereka. Dengan ini maka diharapkan mereka akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikemangkan seirama dengan perkmbangan anak, guna melengkapi beal hidupnya[6].


3.      Fungsi Kurikulum bagi Guru.
Adapun bagi Guru kurikulum ini berfungsi sebagai :
a.       Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalan belajar para anak didik.
b.      Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
c.       Pedoman dalam megatur pendidikan dan pengajaran[7].

4.      Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah dan  Pembina Sekolah.
Bahwa kepala sekolah dan Pembina sebagai seorang juga harus mempunyai tanggung jawab kurikulum. Oleh karena itu fungsi kurikulum terhadap kepala sekolah dan para pembina yang lainya adalah:
a.         Sebagai pedoman untuk memperbaiki situasi belajar.
b.         Sebagai pedoman dalam menciptakan situasi yang menunjang belajar anak didik ke arah yang lebih baik.
c.         Sebagi pedoman dalam memberian bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi belajar.
d.        Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar-mengajar[8].

5.      Fungsi Kurikulum bagi Orang Tua murid.
Bagi orang tua murid kurikulum juga mempunyai fungsi, yaitu agar orang tua turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putranya. Bantuan Orang tua dalam memajukan pendidikan ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah/guru tentang masalah-masalah yang menyangkut tentang putra-putrinya. Dengan membaca kurikulum sekolah, orang tua dapat mengetahu pengalaman belajar apa yang diperlukan putra-putrinya.dengan demikian orang tua dapat berpartisipasi untuk membimbing putra-putrinya[9].
6.      Fungsi Kurikulum bagi Sekolah pada Tingkatan diatasmya
Selain berfugsi bagi sekolah yang bersangkutan, kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi sekolah pada tingkatan diatasnya.
Ada dua jenis fungsi yang dapat kita tinjau disini:
a.       Pemeliharaan Keseimbangan Proses Pendidikan
Dengan mengetahui kurikulum yang digunakan suatu sekolah tertentu, sekolah pada tingkatan atasnya dapat mengadakan penyesuaian didalam kurikulumnya, sebagai berikut:
-            Bia sebagian dari kurikulum sekolah terrsebut telah diajarkan pada sekolah yaanng berada dibawahnya, maka sekolah dapat meninjau kembali perlu/tidaknya tersebut diajarkan lagi.
-            Bila kecakapan-kecakapan tertentu yang dibutuhkan untuk mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan belum diajarkan pada sekolah dibawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan untuk memasukka program mengenai kecakapan-kecakapan tersebut kedalam kurikulumnya[10].
b.      Penyiapan Tenaga Baru
Bila suatu sekolag berfungsi menyiapkan tenaga guru bagi sekolah yang berada dibawahnya, maka perlu sekali sekolah itu mengetahui kurikulum sekolah yang dibawahnya menyangkut pengetahuan tentang isi, susunan (organisasi) maupun cara pengajaranya, dimana hal itu akan membantu sekola, guru tersebut di dalam mengadakan perubahan dan penyesuaian di dalam kurikulumnya. Sebagi ilustrasi dapat diikuti uraian di bawah ini:
-            Bila pada kurikulum SD telah diperkanalkan matematika modern, maka tentunya pengajaran matematika di SLTP hendaknya disesuaikan dengan pendekatan yang berlaku di SD.
-            Bila pengajaran IPA di SD menggunakan metode Eksperimen, maka pengajaran mengenai cara pelaksanaan eksperimen hendaknya lebih di Intensifkan di SLTP.
-            Bila pelaksanaan kurikulum SD menggunakan sistem guru bidang studi (bidang pengajaran), program pengajaran SLTP hendaknya diarahkan untuk mempersiapkan guru biang studi, dan bukan guru kelas.

7.      Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah.
Selain berfungsi bagi sekolah yang bersangkutan dan sekolah pada tingkatan diatasnya, kurikulum sekolah berfungsi pula bagi masyarakat dan pihak pemakai lulusan sekolah tersebut. Dengan mengetahui kuriklum sekolah, masyarakat/pemakai lulusan dapat melakukan sekurang-kurangnya dua hal:
a.         Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orang tua/ masyarakat.
b.         Ikut memberikan kritik/saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan progranm pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan masysrakat dan lapangan kerja.

Demikian scara singkat, telah kita bahas beberapa fungsi kurikulum suatu sekolah,baik bagi sekolah yang bersangkutan,sekolah pada tingkat   diatasnya, maupun bagi masyarakat/pemakai lulusan sekolah tersebut, bagi anak, bagi guru, dan bagi orang tua murid[11].

2.3    Kurikulum 1975
1.      Latar Belakang pemberlakuan kurikulum 1975
Sampai tahun 1975, di sekolah-sekolah Indonesia berlaku berbagai macam kurikulum. Pada tingkat SD berlaku kurkulum 1986, kurikulum PKPM (Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar) dan dan kurikulum menurut sistematika uku pelajaran yang dihasilkan oleh proyek pengadaan buku SD. Pada tingkat SMP berlaku kurikulum 1968 dan kurikulum menurut sistematika buku-buku pelajaran hasil proyek pengadaan buku SMP. Demikian pula pada tingkat SMA, selain kurikulum 1968 yang dihasilkan oleh proyek pengadaan buku, berlaku pula kurikulum lain yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan pengembangan kurikulum tertentu.
Disamping itu, pada sejumlah PPSP di Indonesia sedang dikembangkan padaa kurikulum sekolah embangunan seperti yang telah diurakan secara singkat pad bagian yang lalu. Kurikulum pebangunan sekolah ini, setelah disempurnakan dan di laksanaan di PPSP,secara bertahap akan disebarkan ke sekolah-sekolah biasa.
  Melihat kenyataan-kenyataan diatas, dirasakan perlu adanya peninjauan dan pengaturan kembali kurikulum sekolah dasar dan menengah di Indonesia, yang disa,ping berfungsi untuk memandu berbagi jenis kurikulum yang ada juga sebagai persiapan untuk menghadapi kemungkinan penyebaran kurikulum sekolah pembangunan pada masa yang akan datang.
Pertimbangan-pertimbangan inilah yang kemudian mendorong dimulainya kegiatan pembakuan kurikulum SD, SMP dan SMA di Indonesia yaitu kurikulum 1975 dan kurikulum yang sedang dikembangkan di PPSP[12].
2.      Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum 1975
Sebagaimana kurikulum PPSP, dalam mengembangkan kurikulum 1975 digunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Dengan kata lain kurikulum 1975, dikembangkan dengan berpedoman pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas, dari tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, sampai dengan tujuan instuksional.
3.      Ciri-ciri kurikulum 1975
a.       Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
b.      Menganut pendekatan yang integratif.
c.        Pendidikan Moral Pancasila juga tidak hanya dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Agama.
d.      Menekankan pada efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan dana, daya dan waktu yang tersedia.
e.       Menggunakan tekhnik penyusunan program pengajaran PPSI.
f.       Organisasi pelajaran meliputi berbagai bidang studi.
g.      Sistem Evaluasi dilakukan penilaian pada setiap akhir satuan pembelajaran terkecil.
4.      Isi Kurikulum 1975
Isi kurikulum 1975 juga disusun dalam bentuk bidang-bidang pengajaran atau bidang-bidang studi sebagai pengganti mata-mata pelajaran, sebagaimana halnya pada kurikulum PPSP.
Jadi kurikulum 1975 juga mengenal studi IPA, IPS, Kesenian, fisika, sejarah dan sebagainya sebagaimana hanlnya pada kurikulum 1968 yang lalu.

5.      Organisasi Kurikulum 1975
Lama pendidikan pada sekolah dasar, SMp, dan SMA masih tetap yaitu 6 tahun untuk SD, 3 tahun untuk SMP dan 3 tahun untuk SMA. Dengan kata lain pola penjenjangan masih 6-3-3. Pada sekolah dasar berlaku sistem catur wulan, sedangkan pada SMP dan SMA berlaku sistem semesteran.

Pada sekolah dasar hanya terdapat satu jenis program yang wajib diikuti oleh semua murid, yaitu meliputi 9 bidang studi yaitu[13]:
ü  Agama
ü  Pendidikan Moral Pancasila.
ü  Bahasa Indonesia.
ü  Ilmu Pengetahuan Sosial.
ü  Matematika.
ü  Ilmu Pengetahuan Alam.
ü  Olahraga dan Kesehatan.
ü  Kesenian.
ü  Keterampilan.
Dengan catatan bahwa pada daerah-daerah tertentu diberikan pelajaran bahasa daerah yang merupakan agian bidang studi bahasa Indonesia.
Pada SMP juga terdapat hanya satu jenis program yamg wajib di ikuti oleh semua siswa, yang meliputi 10 bidang studi. Jenis-jenis bidang studinya sama dengan yang berlaku di SD ditambah dengan Bahasa Inggris.
Pada SMA, disamping program umum yang diikuti oleh semua siswa, mulai semester kedua kelas 1 diadakan 3 jurusan: yaitu jurusan IPA, IPS, dan Bahasa yang dapat dipilih siswa sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Jenis-jenis bidang studi untuk program di SMA sama dengan yang berlaku di SMP.
Dalam kurikulum 1975, pendidikan ketetrampilan merupakan bagian kepentingan dari pendidikan sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas, jadi bukan hanya mata pelajaran sembilan. Khusus pada SMP  pendidikan keterampilan yang direncanakan harus dapat menampung keperluan siswa yag tidak dapat melanjutkan pelajaran, yang sebelumnya ditampung pada SLTP kejurusan[14].
6.      Strategi Pelaksanaan kurikulum 1975
1). Cara penyampaian Pengajaran
Dalam pelaksanaan kurikulum 1975 digunakan cara penyampaian pengajaran dalam bentuk satuan pelajaran. Sebagaimana hanya modul, satuan pelajaran ini juga berbentuk satuan-satuan program pengajaran yang lebih kecil. Bedanya dari modul adalah bahwa satuan pelajaran disusun dan di gunakan oleh guru dalam memberikan pengajaran,sedangkan modul sebagian besar langsung di gunakan oleh murid/siswa. Oleh karena itu program satuan pelajaran masih menggunakan sisitem kelas dan guru seperti biasa, sedangkan sebaliknya sisitem modul sudah mengarah pada sisitem pengajaran secara individual, diamana peranan guru dalam banyak hal berbeda dari sistem yang biasa.

Sekalipun berbeda dalam bentuk dan penjelasanya, baik modul dan satuan disusun dengan menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal dengan nama PPSI (Prosedur Pengembangan Sisitem Instruksional), yaitu langkah-langkah dalam mengembangkan program pengajaran.

2).  Cara Penilaian.
Cara penilaian pada kurikulum 1975 pada dasarnya sama dengan penilaian pada PPSP. Di samping penilaian pada akhir setiap catur wulan/semester, dilakukan pula penilaian secara teratur pada akhir setiap satuan program yang lebih keil, dalam hal ini pad akhir setiap satuan pelajaran.
Bila banyak murid/siswa yang belum memahami bahan yang diberikan dalam satuan pelajaran, guru akan memperbaiki cara (metode) dalam menyajikan pengajaran tersebut.
2.4 Kurikulum 1984
1. Latar Belakang Pemberlakuan Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan kurikulum. Kurikulum ini di susun karna kurikulum terdahulu di anggap memiliki banyak kekurangan.
Ada 4 aspek yang di sempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni
a.         Pelaksanaan PSPB
b.         Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum
c.         Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
d.        Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang di sesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik[15].

Kurikulum  1984  banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang  anak   didik  sebagai individu yangdapat  dan  mau  aktif  mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya.Posisi siswa  di tempatkan  sebagai  subjek  belajar.  Dari  mengamati  sesuatu, mengelompokkan,  mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar SiswaAktif (CBSA) atau Student Active Learning  (SAL).  Oleh  sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach[16].

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 oleh karenaitu jugasering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Tokoh penting  dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah  Prof.D.Conny R.Semiawan, kepala pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992.

Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 kekurikulum 1984 di antaranya adalahsebagai berikut:
a.         Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum  tertampung kedalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b.          Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengankemampuan anak didik.
c.         Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
d.        Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
e.          Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai 
bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan
Luar Sekolah.
f.          Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi 
Kebutuhan perkembangan lapangan kerja

2.         Pendekatan kurikulum 1984
Otoaktivitas dengan CBSA.
a.      Prakarsa siswa dalam memberikan usul tanpa diminta.
b.      Keterlibatan mental dalam tugas/kegiatan.
c.      Guru sebagai fasilitator.
d.      Belajar dengam pengalaman langsung.
e.      Variasi bentuk dan alat pembelajaran[17].
                                                 
3.         Ciri-ciri kurikulum 1984
a.         Berorientasi pada tujuan instruksional.
b.         Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
c.          Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
d.         Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.
e.         Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya[18].




4.         Kebijakan Penyusunan Kurikulum 1984[19]
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
a.       Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
b.      Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
c.       Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
ü  A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika         
ü  A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi.
ü  A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi.
ü  A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.

4. Pentahapan waktu pelaksanaan kurikulum 1984.
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.
5.      Isi kurikulum 1984
a.       Pendidikan Umum (Agama, PMP, PSPB, Jasmani, kesenian).
b.      Pendidikan Akademis (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah, IPA, IPS, Metematika).
c.       Pendidikan Keterampilan (pilihan: Jasa, PKK, Tekhnik, Pertanian, Kerajinan, Maritim)

6.      Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984[20]

a. Kelebihan kurikulum 1984
1.   Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci,        sehingga guru dansiswa mudah untuk melaksanakannya.
2.  Prakarsa siswa  dapat  lebih  dalam  kegiatan  belajar  yang ditunjukkan  melalui keberanian memberikan pendapat
3.  Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan  dengan peningkatan  diri  dalam  melaksanakan tugas.
4.     Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.                                       
5.    Kualitas  interaksi  antara siswa  sangat tinggi, baik  intelektual  maupun sosial.
 6.        Memasyarakatkan  keterampilan berdiskusi yang diperlukan  dengan    berpartisipasi secara aktif.

b.  Kelemahan kurikulum 1984
1.  Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat  adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok.
  2. Adanya ketergantungan pada guru dan  siswa  pada  materi  dalam  suatu buku  teks  dan  metode yang disebut secara rinci, sehingga  membentuk guru dan siswa tidak  kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
  3. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia  menolak pendapat peserta lain.
   4.  Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh  akan ketinggalan.
   5.   Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator,sehingga  prakarsa   serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar  sangat kurang.
  6.  Diperlukan waktu yang  banyak  dalam  pembelajaran  menyebabkan  materi  pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
  7.  Guru  kurang berperan  aktif.


2.5 Perbedaan kurikulum 1975 dan kurikulum 1984[21].

Kurikulum 1975
Kurikulum 1984

a.       Latar belakang
Hal ini dikarenakan kuri kulum 1968/1969 dirasa perlu untuk ditinjau kembali agar lebih sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman dan masyarakat.






b.      Pendekatan kurikulum 1975

ü  Pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
ü  Dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.





a.       Latar belakang
Mencermati laju pembanguna nasional yang pesat, termasuk berdampak pada lahirnya ruang-ruang baru dalam pembangunan nasional, maka diperlukan kurikulum baru yang direspons terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat.



b.      Pendekatan kurikulum 1984

Otoaktivitas dengan CBSA.
a. -Prakarsa siswa dalam memberikan usul tanpa diminta.
b. -Keterlibatan mental dalam tugas/kegiatan.
c. -Guru sebagai fasilitator.
d. -Belajar dengan pengalaman langsung.
e.  Variasi bentuk dan alat pembelajaran.
                                                       



c.       Ciri- ciri kurikulum 1975

ü  berorientasi pada tujuan
ü  Menekankan Pendidikan Moral.
ü  Menekankan pada efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan dana, daya dan waktu yang tersedia.
ü  Organisasi pelajaran meliputi berbagai bidang studi.
ü  Sistem Evaluasi dilakukan penilaian pada setiap akhir satuan pembelajaran terkecil.



c.       Ciri-ciri kurikulum 1984

ü  Masuknya beberapa mata
 pelajaran baru (PSPB).
ü  Pendekatan pembelajaran otoaktivitas, CBSA.
c.                                          


d.      Isi kurikulum 1975

ü Berbentuk bidang pengajaran atau bidang studi sebagai pengganti mata pelajaran (IPA, IPS, kesenian, biologi, fisika, sejarah dll).
                                                





                                               

d.      Isi kurikulum 1984

ü  Pendidikan Umum (Agama, PMP, PSPB, Jasmani, KEsenian)
ü  Pendidikan Akademis (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah, IPA, IPS, Metematika)
ü  Pendidikan Keterampilan (pilihan: Jasa, PKK, Tekhnik, Pertanian, Kerajinan, Maritim)





BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
 kurikulum adalah suatu perencenaan dan pelaksanaan program disekolah. Perencanaan dan pelaksanakaan program tersebut dimakhsudkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kurikulum mempunyai peran dan fungsi penting terhadap beberapa pihak baik peserta didik, pendidik, orang tua maupun masyarakat dalam meremcanakan dan melaksanakan pendidikan.
kurikulum 1975 dan 1984 mempunyai beberapa point dalam perkembangan dan pelaksanaanya, diantaranya adalah alasan pemberlakuan kurikulum , pendekatan dan pengembangan kurikulum , ciri-ciri kurikulum dan isi kurikulum yang berbeda antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984.


DAFTAR PUSTAKA

Subandijah,Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,1996. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hendyat Soetopo, Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,1986.Jakarta:  Bina Aksara.


http://muslimahasy-syauq.blogspot.co.id/2013/11/kurikulum-tahun-1984.htm



[1] Subandijah,Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Hal 1

[2] Ibid,Hal: 2
[3] Subandijah,Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Hal 3

[4] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 16-21
[5] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 17

[6] Ibid, Hal: 18
[7] Ibid, Hal: 18
[8] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 19

[9] Ibid, Hal: 19
[10] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 20
[11] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 21


[12] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 116-117


[13] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 118


[14] Hendyat Soetopo dan Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta; Bina Aksara, 1986), Hal: 119


[16] http://muslimahasy-syauq.blogspot.co.id/2013/11/kurikulum-tahun-1984.html


[17] http://muslimahasy-syauq.blogspot.co.id/2013/11/kurikulum-tahun-1984.html



                                                       

[19] http://muslimahasy-syauq.blogspot.co.id/2013/11/kurikulum-tahun-1984.html


[20] http://muslimahasy-syauq.blogspot.co.id/2013/11/kurikulum-tahun-1984.html
                                                       



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar