Asaa'Ah

AHMAD ASMUI PUTRA JALERE SANKING BAPAK SURADI LAN SITI ZULAIKHO

spider

text asmui






salju


Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

RSS

Makalah Pendekatan Nonpositifistik C.A Van Peursen

MAKALAH
“PENDEKATAN ILMIAH NONPOSITIFISTIK”
C.A VAN PEURSEN

Makalah Ini Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu  semester 02 Jurusan PAI
Dosen Pengampu: Dr. Usman,SS. M.Ag.

Description: E:\Logo-UIN-Sunan-Kalijaga-Yogyakarta.jpg

















Di susun oleh :

Nama           :         Ahmad Asmui               
NIM            :         14410050
No.Absen   :         20
Kelas          :         PAI. A


 PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  SUNAN KALIJAGA
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-Nya kepada Kami dengan keadaan sehat wal afiat. dan tak lupa Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama islam dari zaman jahiliyyah sampai pada zaman Islamiyah ini, Sehingga kami dapat menyelesaikan suatu makalah yang menjadi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan, jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Makalah yang berjudul “Pendekatan Ilmiah Nonpositifistik C.A Van Peursen ” merupakan aplikasi dari kami selain umtuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut,juga untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana Pendekatan ilmiah nonpositifistik dan pemikiran C.A Van Peursen.
Dalam penulisan Makalah ini penulis menyadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
  1. Dr.Usman,SS. M.Ag. selaku Dosen pengampu dan pembimbing mata kuliah Fulsafa Ilmu .
2.    Kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan Makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari tentang Bagaimana pendekatan ilmiah nonpositifistik dan pemikiran-pemikaran C.A Van Peursen. Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.                                                                                                          
                                                                                                  Yogyakarta, 10 Februari 2015

                                                                                                                        Penyusun
DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENADAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1.Latar Belekang........................................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
1.3.Tujuan Penulisan...................................................................................................... 1
1.4.Teknik Penulisan...................................................................................................... 2
1.5.Sistematika Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
2.1.Pendekatan Ilmiah Non-Positivistik........................................................................ 3
2.2.Pendekatan Ilmiah Non-Positivistik C.A Van Peursen........................................... 6

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 12
3.1. kesimpulan................................................................................................... ......... 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Secara alamiah,manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat.
Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum hukum alam yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai “Sunnatulloh”
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap.Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat mrencapai kesempurnaan/kematangan hidup tanpa.
Dalam makalah ini akan di jelaskan pendekatan ilmiah nonpositivistik secara umum pada salah satu tokoh filsafat dari belanda, yakni Cornelis Anthonie Van Pursen. Disamping itu dalam makalah ini juga akan menjelaskan pemikiran-pemikiran beliau yang berusaha mengkaji gejala-gejala yang ada di dunia ini.
1.2.Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan , penulis membatasinya dengan memberikan rumusan masalah berikut ini:
1.      Apa yang di makhsud pendekatan ilmiah Non-Positivistik itu?
2.      Bagaimana pendekatan ilmiah non-positivistik C.A Van Peursen?
1.3.Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang di paparkan di atas, penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1.      Untuk mengetahui apa yang di makhsud pendekatan N0n-Positivistik.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pendekatan ilmiah Non-Positivistik C.A Van Peursen.
1.4.Teknik Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, teknik penulisan yang digunakan adalah dengan Teknik Telaah Pustaka, yaitu meneliti kepustakaan atau buku-buku yang cocok dengan pokok pembahasan dengan menerangkan sumber-sumber tertulis.
1.5.Sistematika Penulisan
Agar makalah ini tersusun dengan baik, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN, yang meliputi : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penulisan, Teknik Penulisan, Sistematika penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN, yang meliputi : Pemgertian dan penjelasan-penjelasan.
BAB III. PENUTUP, yang meliputi: Kesimpulan




BAB II
PEMBAHASAN
                                                                           
2.1. Pendekatan Non-Positivistik (Ilmiah Spekulatif)
Filsuf dizaman modern, Francis Bacon (1561-1626) dan Rene Descartes (1724-1804), menganjurkan agar pemikiran filsafat  masa klasik dan abad tengah ang bercorak spekulatif, dirubah pendekatanya dengan menggunakan cara kerja ilmu pengetahuan pasti alam.Kritik Bacon dan Descartes didasarkan pada penemuanya bahwa pemikiran filsafat masa lalu lebih terbungkus oleh teologi atau ajaran agama.
     Dalam argumen selama ini, agama dam teologi akan kelihatan berbobot jika pembahasanya meggunakan ungkapan-ungkapan penjelas yamg rumit dan abstrak. Hal ini berarti ada percampuran antara pemikiran filsafat,agama dan teologi, sementara bentuk percampuran diantara ketiganya tidak ada penjelasan, mana yang sebagai alat analisa atau metode dan mana yang menjadi objek. Persoalan kehidupan di dunia nyaa sering diwarnai dan dimasukkan ke wilayah agama. Pemyelesaian persoalan hidup saat ini tidak memberi dampak yang jelas dan pasti. Hal-hal yang berkaitan dengan agama datang dari yang sempurna,sedang dunia kokit adalah manusia dan sudah semestinya ditangani secara sempurna bukan dengan cara spekulasi, jika mnghendaki hasil atau dampak yang sempurna.
     Kritik  di atas menjasi dasar untuk menjelaskan apa yang di makhsud pemikiran ilmiah spekulatif.secara umum jenis pemikiran ini di wakii pandangan idealism platonis dan hegelian,seta yang brcorak religious,seperti monism dan pantheisme.
     Idealism platonis menekamkan pada yang mngatasi atau tidaak menyangkut “ruang” ,yang bukan benda fisik,adi indrawi,bertalian dengan norma-norma atau berkaitan dengan nilai dan tujuan.istilah ini berkebang menjadi istilah-istilah seperti idea,mind,spirit dan person.
            Hegel menekankan adanya alam idea dalam teori metafisikanya. Ia menyebutkan bahwa hanya ada satu kenyataan terdalam,yaitu yang mutlak yang hakiatnya adalah spiritual.hal lainya merupakan aspek yang mutlak aatau merupakan penampakanya.
Pandangan idealism pantheistic memahami bahwa kenyataan mencakup suatu keberadaan tunggal.maka hal-hal selain itu merupakan bagian,penampakan atau proyeksi.pantheisme yang berkaiatann dengan agama mempunyai makna immanent theisme, yaiti imanensi tuhan dalam makhluk,atau tuhan sama dengan alam.Dalam pandangan methafisis, Monisme menyatakan bahwa kenyataan itu hanya satu,tunggal.
Penjelasan diatas menggambarkan bahwa fokus aliran-aliran lebih tertuju pada perihal yang bersifat universal, yaitu persoalan yang berda i luar jangkauan yang indrawi.prmasalahanya,mengapa hal yang non indrawi pemahamanya dipandang sebagai hal yang spekulatif?
     Hal diatas terjadi karena alasan rasional yang dipakai pemikir spekulan,yaitu:
1)      Hubunganya dengan hal-hal universal atau  subtansial, kurang didukung oleh kemungkinan dilakukanya pembuktian empiris. Hal ini di anggap tidak mungkin, karena persoalan indrawi di pandang sebagai hal yang nisbi/maya.padahal realitas menunjukkan baha hal yang empiris adalah nyata.
2)      Pemikiran mereka tentang pencarian asal-usul kosmis sering berakhir atau di kaitkan dengan yang diluar kosmos. Hal ini jelas ada pembelokan wilayah pembahasan dari Metafisika dan Epistemology ke wilayah teologis, sehingga yang terjadi adalah legitimasi dan apologi.
            Catatan-catatan diatas menjadi dasar kaum nonspekulan menyebut pemikiran kaum nonspekulan sagat spekulatif berbentuk perkiraaan, meskipun dalam penyajianya sangat logis. Kelompok tersebut tentunya memiliki pendekatan dalam memahami objek kajianya. Pendekatan yang ditetapkannya disebut metode  ilmiah yang didasarkan pada bentuk penalaran Deduktif. Pengambilan keputusan jenis penalaran deduktif, yaitu bertitik tolak dari yang umum kpada yang khusus. Kesimpulanya bermula pada norma,dalil,teori/rumus, kemudian mengukur/menganalisa objek.
            Pola pemikiran pada zaman klasik dan abad tengah sangat didominai penalaran deduktif.Contoh, silogisme aristoteles. Ciri silogisme adalah menetapkan premis mayor sebagai standar atau pedoman/dasar (norma,dalil,teori/rumus).proses pengukuranya, premis minor, premis mayor, dan kesimpulan.
            Bidang yang dikaji dalam pendekatan nonpositivistik(ilmiah spekulatif) adalah ;
1)      Ilmu Pasti (matematika dan selogisme)
Contoh silogisme:
Setiap manusia akan meninggal dunia    (premis mayor)
Alex adalah manusia                               (premis minor)
Alex pasti akan meninggal dunia            (kesimpulan)

2)      Persoalan metafisis (yang ada/abstrak),seperti makna,simbol,dan subtansi (tuhan,akhirat,surga dan neraka).
Subtansi tuhan,akhirat, surga dan neraka sudah ada dan pasti/yakin  kebenaranya. Penalaran deduksi menyandarkan pada makna atau kata-kata,padahal makna dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lain, atau makna dapat mengikuti perkembangan zaman.contoh, makna “poligami”, “demonstrasi”, dimasa klasik berbeda dengan di masa kontemporer.
Aliran yang termasuk non-positivistik adalah aliaran Rasionalisme,krirtisisme,rasionalisme kritis. Aliran Rasionalisme adalah pendekatan filosofis yang menekankan akal (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan dan bebas dari pengamatan indrawi.   R. Descartes (1596-1650).Kritisisme mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionaalisme dan empirime.Immanuel kant (1724-1804).Rasionalisme kritis berupaya membangun model-model pengetahuan ilmiah interdisipliner.model-model ini dianggap sebagai suatu dialog kritik berkesinambungan antara pelbagai jenis teori ilmiah antarailmu,alam,sosial-humaniora dan agama.[1]                          

2.2. Pendekatan Ilmiah Non-Positivistik Cornelis Anthonie Van Peursen
        A. Riwayat hidup C.A Van Peursen
Cornelis Anthonie Van Peursen Dilahirkan tanggal 8 juli 1920 di negeri belanda. Belajar hukum dan filsafat di Universitas negeri di Leiden .tahun 1948 meraih gelar doktor filsafat.Tahun 1948-1950 menjabat wakil ketua hubungan internasional pada kementerian pendidikan Belanda.Tahun 1950-1953 menjabat lektor filsafat pada universitas negeri di Utrecht, 1953-1960 menjadi guru besar fisafat pada pada universitas negeri di groningen dan sejak tahun 1963 mnjadi guru besar luar-dalam ilmu epistemologi pada urije universitet di amsterdan,memberi kuliah tamu di oxford, Munchen, Wina, Roma, Johan New Delhi,Tokyo, princezon dan kalivornia. Beberapa kali memimpin panataran Dosen filsafat se indonesia pada  Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Buku-bukunya antara lain diterjemahkan dalam bahasa prancis, Jerman , Inggris, Spanyol, Jepang dan yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia adalah Badan,Jiwa,Ruh dan strategi kebudayaan.[2]
B. Karya-karya C.A Van Peursen
                        Karya-karya yang telah di buat oleh beliau sangatlah banyak, termasuk salah satunya buku-buku Filsafat yang menjadi pemikiran beliau, diantaranya adalah:
a)                  Michel de Montaigne, Het reizen als wijsgerige houding (1953).
b)                  Lichaam, Ziel, geest (1956,1978).
c)                  Wegeijh in de wijhbegerte (1965,1980).
d)                 Feiten,waarden gebeurteniissen (1956,1972).
e)                  Ludwig wittgenstein (1956).
f)                   Leibniz (1966).
g)                  Fenomenologi en analitische filosofie (1968).
h)                  Wetenschappen en werkelijeheid (1969).
i)                    Strategi van decultuur (1970).
j)                    Cultur in stroomwersnelling (1975,1978).
k)                  “Strategi van decultuur Als Begrenzing van de Groei” dalam Wijsgerig perspectief Op Maatschappij en Wetenschap (1980).
l)                    “Development in A Wider Context” dalam Rethinking Development (1982).-C.A.v.P.; K.B[3].
 C. Pemikiran C.A Van Peursen
 1)        Pengetahuan Ilmiah
                        Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya.Dengan kata lain,filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan.karena apabila para penyelenggara pelbagai ilmu melakukan penyelidikan terhadap obyek-obyek serata masalah-masalah yang berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri,maka orang pun dapat melakukan penyelidikan lanjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut.Dengan mengalihkan paerhatian dari obyek-obyek yanag seebenarnya dari penyelidikan imiyah kepada proses penyelidikan sendiri mka munculah suatu materi baru.segi-segi yang menonjol sert latar belakang segenap kegiatan menjai tampak.Berangkat dai sini,menjadi jelas pula saling berhubungan antara objek-ojek dan metode-metode,antara masalah-masalah yang hendak dipecahkan dengan tujuan penyelidikan ilmiyah,antara pendekatan secara ilmiah dengan pengolahan barang-barang secara ilmiah.
                        Kemandirian ilmu seungguhya bersangkutan dengan norma-norma ilmiah, kita baru dapat mengatakan sesuatu hal sebagai ilmu,apabila pengetahuan yang di usahakanya serta cara-cara kerja yang di tetapkan memenuhi jumlah syarat tertentu.
Apakah yang di maksud dengan kata ‘’ilmiah’’? yang melekat pada ungkapan ‘’pengetahuan serta kata kerja ilmiah’’? secara umum kita dapati ciri pengenalnya.
Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang mempnyai dasar pembenaran,bersifat sisitematik dan bersifat intersubyektif.Ada saling hubungan antara ketiga macam ciri tersebut.Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran.
Segenap pengaturan karya kerja ilmiah diarahkan untuk  memperoleh derajat kepastia yang sebesar mungkin.setiap pernyataan ilmiah harus disertai dasar-dasar pembenaranya.pernyataan-perntaan tersebut,haruslah didasarkan atas dasar-dasar pemahaman-peara ilmiah mahamanyang dapat dibenarkan secar apriori, dan juga didadasarkaan atas hasil-hasil tangkapan empirik yang telah di kaji secukupnya.yang mejadi masalah bukanlah sekedr agar orang dapat melakukan verifikai serta pembenaran trhaap isi pengetahuan tersebut.
Pengetahuan ilmiah bersifat sisitematik. Hendakny terdapat sisitem di dalam susunan pengetahuan dan didalm cara memperoleh pengetahuan tadi.penyelidikan ilmiiah tidak akan membatasi diri hanya pada satu bahan keterangan,melainkan senantiasa meletakkan hubungan antara sejumlah bahan kterangan, dan berusaha agar hubungan-hubungan tersebut dapat merupakan suatu kebulatan.
Sifat intersubyektif  kepastian pengethuan ilmiah tidaklah didasarkan atas instuisi-instiusi serta pemahaman-pemahaman orang-seorang yang bersiafat subyektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri[4]

2)         Rasionalisme
                                    Menurut C.A Van Peursen, Akal atau Rasio adalah sumber terbentuknya pengetahuan. Ini berarti bahwa sumbangan akal lebih besar daripada sumbangan indera. Rasionalisme mengaggap bahwa mustahillah membentuk ilmu hanya berdasarkan fakta, pada empiris, atau pengamatan, karena semua itu tidak cukup untuk menyusun pernyataan-pernyataan umum yang berlaku mutlak, seperti sering terjadi di dalam ilmu.pengetahuan brdasarkan akal di hormati sebagai pengetahuan yang sejati.
3)                  Rasionalisme kritis
                        Rasionalitas suatu ilmu tidak pernah secara berat sebelah dapat dicari pada kekuatan nalar ilmiah sendiri, melainkan justru pada keterbukaan tergadap kenyataan empiris.
4)                  Kritisisme
                        Kritisisme menganggap bahwa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan secara serentak[5].
5)                  Falsifikasi Kebudayaan
·         Peralatan konsep kebudayaan
Filsafat kebudayaan bukan lagi suatu tujuan tersendiri,melainkan sebuah alat atau sasaran.merenungkan tentang kebudayaan kita pertama-tama bukan merupakan suatu usaha teorotis,melainkan penyediaan sarana-sarana yang dapat membantu kita memarkan suatu strategi kebudayaan untuk hari depan.Manusia modern hendaknya di jadikan sadar tentag kebudayaanya,dan ini brarti bahwa ia secara aktif harap urut memikirkan dan merencanakan arah yang akan di tempuh oleh kebudayaaan manusiawi.

·         Kebudayaan Sebagai Kata Kerja
Kebudayaan dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis,bukan sesuatu yang kaku atau statis. Kebudayaan bukan lagi sebuah koleksi barang-barang, misalnya karya kesenian,buku-buku,alat-alat,jumlah musium dan semacamnya. Kini kebudayaan terutama dihubungkan dengan kegiatan manusia yang membuat alat-alat dan senjata-senjata, dengan tata upacara tarian dan mantera-mantera yang menentramkan roh jahat,dengan cara anak-anak dididik.
·         Keteganagan dalam kebudayaan
Dalam kebudayaan manusia tidak hanya bertanya bagaimana sifat-sifat sesuatu, melainkan bagaimana sesuatu seharusnya bersifat. Dengan demikian gejala kebudayaan selalu berlangsung dalam suatu keteganagan.ketegangan ini antara lingkaran fakta-fakta yang mengurung manusia dalam keniscayaan alam di satu pihak dan keterbukaan yang dicapai oleh penilaian yang kritis di lain fihak.Ketegangan antara “imanensi” (serba terkurung) dan “transendensi” (yang mengatasi sesuatu berdiri di luar sesuatu).
·         Bagan Tiga Thap
Setiap kebudayaan dapat dipandang sebagai sesuatu rencana, suatu kebijaksanaan tertentu.Dapat dibuat skema yang meliputi tiga tahap dan yang menonjolkan beberapa ciri dalam strategi kebudayaan.Tiga tahap  itu adalah tahap mitis,tahap ontologis dan tahap fungsional.
-          Tahap Mitis
Sikap manusi yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan ghoib di sekitarnya,yaitu kekuasaan dewa-dewa alam atau kekuasaan kesuburan, seperti di pentakan dalam mitologi-mitologi dari bangsa-bangsa primitif.

-          Tahap Ontologis
Sikap manusia yang tidak lagi hidup dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal. Manusia mengambil jarak terhadap segala sesyatu yang dulu di rasakan sebagai kepungan.ia mulai meyusun suatu ajaran atau teori tentang hakikat segala sesuatu (ontologi) dan segala sesuatu menurut perincianya (ilmu-ilmu).
-          Tahap Fungsional
Ialah sikap dan alam fikiran yang dimiliki manusia modern. Ia tidak begitu terpesona oleh lingkungannya (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin mengambil jarak terhadap objek penyelidikanya (sikap ontologis, manusia justru ingin mengadakan relasi-relasi baru[6].




















BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendekatan ilmiah itu sendiri terbagi menjadi tiga di bagian, yakni positivistik, non-positivistik dan pragmatik.Pendekatan ilmiah Positivistik memiliki perbedaan dengan non positivistik  dan pragmatik.
            Bidang yang dikaji dalam pendekatan nonpositivistik(ilmiah spekulatif) adalah ;
1)      Ilmu Pasti (matematika dan selogisme)
2)      Persoalan metafisis (yang ada/abstrak),seperti makna,simbol,dan subtansi (tuhan,akhirat,surga dan neraka).
Aliran yang termasuk non-positivistik adalah aliran Rasionalisme, krirtisisme, rasionalisme kritis.
C.A Van Peursen  adalah filsuf belanda yang mempunyai pemikiran dalam pendekatan ilmiah Non-Positivistik, Meliputi:
1) Pengetahuan Ilmiah.
2) Rasionalisme.
3) Rasionalisme kritis.
4) Kritisisme.
5) Falsifikasi Kebudayaan.






DAFTAR PUSTAKA


Suhasti,Erni, Pengantar Filsafat Ilmu,2012. Yogyakarta: Prajnya Media.
Mudlofir,Ali, Kamus Filsuf Barat,2001.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Soemarono, Soejono, Pengantar Filsafat Ilmu,1996. Yogyakarta:PT.Tiara Wacana.
Peursen, C.A Van, Susunan Ilmu Pengetahuan: sebuah pengantar filsafat ilmu1985.jakarta: PT Gramedia.
                                        




















[1] Erni Suhasti, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Prajnya Media, 2012.Hal: 89-94.
[2] Ali Mudlofir,Kamus Filsuf Barat,Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,2001.Hal: 514.
[3]  Ali Mudlofir,Kamus Filsuf Barat,Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,2001.Hal: 516-517.
[4] Drs. Soejoo Soemarono,Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta:PT.Tiara Wacana,1986,Hal 1-7
[5] C.A Van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan: sebuah pengantar filsafat ilmu,jakarta: PT Gramedia.1985.
[6] Ali Mudlofir,Kamus Filsuf Barat,Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,2001.Hal: 515-516.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar