MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN
“PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL”
Makalah Ini Di Susun berguna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
Strategi
Pembelajaran semester III Jurusan PAI
Dosen
Pengampu: Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si

Disusun Oleh :
Ahmad Asmui
14410050
Nomor Absen: 10
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Alloh SWT Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan rahmat-Nya kepada Kami dengan keadaan sehat wal afiat. dan tak lupa Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama islam dari
zaman jahiliyyah sampai pada zaman Islamiyah ini, Sehingga kami dapat menyelesaikan suatu makalah
yang menjadi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran, jurusan pendidikan agama
islam fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Makalah yang berjudul “Pembelajaran Kontekstual”
merupakan aplikasi dari kami selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut, juga
untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana Pembelajaran Kontekstual.
Dalam
penulisan Makalah ini penulis menyadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si selaku Dosen pengampu
dan pembimbing mata kuliah Strategi
Pembelajaran.
2.
Kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan Makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun
menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari tentang Pembelajaran Kontekstual.
Dalam makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan
sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 10 Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENADAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1
Latar Belekang........................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
1.3
Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
1.4
Teknik Penulisan...................................................................................................... 3
1.5
Sistematika Penulisan.............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 4
2.1
Hakikat Belajar dan Pembelajaran........................................................................... 4
A.
Hakikat Belajar.................................................................................................. 4
B.
Ciri-ciri Belajar.................................................................................................. 5
C.
Hakikat Pembelajaran ....................................................................................... 6
D.
Keterkaitan belajar dengan pembelajaran.......................................................... 7
2.2
Strategi Pembelajaran.............................................................................................. 8
A.
Pandangan tentang strategi pembelajaran......................................................... 8
2.3
Strategi Pembelajaran Kontekstual.......................................................................... 9
A.
Pengertian
Pembelajaran Kontekstual............................................................. 9
B.
Teori yang melandasi Pembelajaran Kontekstual............................................. 10
C.
Karakteristik pembelajaran Kontekstual........................................................... 12
D.
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual......................................................... 14
E.
Kompenen pembelajarann kontekstual............................................................. 16
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kesadaran
perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan
bahwa sebagian besar siswa tidak mampu meghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pemanfaatanya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena
pehaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang
abstrak, belum menyentuh kebutuhan raktis kehidupan mereka, baik di lingkungan
kerja maupun masyarakat. Pmbelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan
tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan, etapi tidak
diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan
ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dlam kehidupanya[1].
Munculnya
pembelajaran kontekstual dilatar belakangi juga oleh rendahnya mutu keluaran atau hasil
pembelajaran yang ditandai dengan ketidak mampuan sebagian siswa dalam
menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan
pengetahuan tersebut pada saat ini dan dikemudian hari pada kehidupan siswa.
Oleh karena itu perlu pembelajaran yang mampu mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan dunia nyata siswa, diantara melalui penerapan pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and
Learning).
Pada makalah
ini akan dipaparkan tentang pembelajaran kontekstual. Makalah ini secara khusus akan
membahas pengertian model pembelajaran kontekstual, dasar
pemikirannya, komponen-komponennya, prinsip dasar pembelajaran kontekstual,
karakteristik pembelajaran kontekstual, dan penerapan pembelajaran kontekstual.
Dalam hal ini, penerapannya dicontohkan dalam materi Fiqih.
Dalam
pembahasan ini diharapkan, makalah ini memberikan kontribusi yang berarti bagi
dunia pendidikan pada umumnya. lebih khusus lagi bagi penulis
pribadi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.
1.2.Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan ,
penulis membatasinya dengan memberikan rumusan masalah berikut ini:
1. Seperti
Apakah hakikat belajar itu ?
2. Bagaimana
ciri-ciri belajar ?
3. Seperti
apakah hakikat pembelajaran itu ?
4. Bagaimana
keterkaitan belajar dengan pembelajaran ?
5. Bagaimana
pandangan strategi pembelajaran menurut para tokoh?
6. Apa
yang dimakhsud dengan pembelajaran kontekstual ?
7. Apa
teori yang melandasi pembelajaran kontekstual ?
8. Bagaimana
karakteristik pembelajaran kontekstual ?
9. Bagaimana
prinsi-prinsip pembelajaran kontekstual ?
10. Apa
kompenen-kompenen pembelajaran kontekstual?
1.3.Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang di paparkan di
atas, penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk
mengetahui hakikat belajar.
2. Untuk
mengetahui bagaimana ciri-ciri belajar.
3. Untuk
mengetahui hakikat pembelajaran.
4. Untuk
mengetahui .
5. Untuk
mengetahui pandangan strategi menurut para tokoh.
6. Untuk
mengetahui apa yang dimakhsud dengan pembelajaran kontekstual.
7. Untuk
mengetahui teori yang melandasi pembelajaran kontekstual.
8. Untuk
mengetahui karakteristik pembelajaran kontekstual.
9. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual.
10. Untuk
mengetahui kompenen-kompenen pembelajaran kontekstual.
1.4.Teknik Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, teknik penulisan yang digunakan adalah:
1.
Teknik Telaah Pustaka,
yaitu meneliti
kepustakaan atau buku-buku yang cocok dengan pokok pembahasan dengan
menerangkan sumber-sumber tertulis.
1.5.Sistematika
Penulisan
Agar makalah ini tersusun dengan baik, maka penulis membuat
sistematika pembahasan sebagai berikut :
1.
BAB I. PENDAHULUAN,
yang meliputi :
Latar belakang masalah, Rumusan masalah,
Tujuan Penulisan, Teknik Penulisan, Sistematika penulisan.
2.
BAB II. PEMBAHASAN,
yang meliputi :
Pengertian
dan penjelasan-penjelasan.
3.
BAB III. PENUTUP,
yang meliputi:
Kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Belajar dan
Pembelajaran
A.
Hakikat Belajar
Perubahan
seseorang yang tadinya tahu menjadi tidak tahu merupakan hasil dari proses belajar. Gagne (1977) mendefinisikan
belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderunngan manusia seperti sikap, minat, atau nialai dan perubahan
kemampuanya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis
performance (kinerja).
Menurut Sunaryo (1989:1)
belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan
suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang
positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup.
Ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam belajar meliputi:
1. Prinsip
persiapan
Prinsip keberhasilan belajar
tergantung pada kesiapan belajar. Apakah dia sudah dapat mengkonsentrasikan
pikiran atau apakah kondisi fisiknya sudah siap untuk belajar.
2. Prinsip
Asosiasi
Tingkat keberhasilan belajar juga
tergantung pada kemampuan pelajr mengasosiasikan atau menghubung-hubugkan apa
yang sedng dipelajari dengan apa yanh sudah ada dalam ingatanya, seperti
pengetahuan yaang sudah dimiliki, pengalaman masalah-maslah yang pernah
dihadapi dan lain sebagainya.
3. Prinsip
Latihan
Pada dasarnya mempelajari sesuatu
itu perlu di ulang-ulang baik mempelajari pengetahuan atau keterampilan bahkan
juga dalam kawasan afektif. Makin sering diulang makkin baiklah hasil
belajarnya.
4. Prinsip Efek
(akibat)
Situasi emosional pada saat belajar
akan memengaruhi hasil belajarnya.situasi emosional itu dapat disimpulkan
sebagai perasaan senang atau tidak senang selama belajar.
B. Ciri-ciri Belajar
Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas
pada kita bahwa belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan, tetapi
juga meliputi seluruh kemampuan individu. Agar lebih tahu tentang apa itu
belajar, penulis memberikan ciri-ciri belajar sebagai berikut :
1. Belajar arus memungkinkan terjadinya perubahan
perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek
pengetahuan (kognitif) Saja tetapi jugameliputi aspek sikap dan nilai (afektif)
serta keterampilan (psikomotorik).
2. Perubahan
itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada
diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkunganya.
Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, seorang anak akan
mengetahui bahwa api itu panas setelah ia menyentuh aoi yang menyala pada
lilin. Disamping melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan itu dapat
diperoleh melalui interaksi psikis.contoh, seorang anak akan berhati-hati
menyebrang jalan, setelah iaa melihat ada orang yang tertabrak kendaraan.
Perubahan tersebut terbentuk karena adana interaksi individu dengan lingkungan.
Memedipkan mata saat memandang bcahaya yang menyilaukan atau keluar air liur
pda saat mencium aroma masakan bukan merupakan hasil belajar. Disamping itu
perubahan perilaku karena faktor kematangan tidak termasuk belajar. Seorang
anak tidak dapat belajar sebelum sampai umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan
berbicaranya sangat bergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar.begitu
juga dengan kemapuan berjalan.
3. Perubahan
tersebut relatif menetap. Perubahan perilaku akibat obatobatan, minuman keras,
dan yang lainya tidaak dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar.
Seorang atlet yang dapat melakukan lompat galh melebihi rekor orang lain karena
minum obat tidak dapat dikategorikan hasil perilaku belajar. Perubahan tersebut
bersifat menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup
permanen[2].
C. Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang
digunakan untuk menunjukkan kegitan guru dan siswa. Sebelumnya, kita
menggunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaraan”. Istilah
pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “intuction”. Menurut Gegne, Briggs
dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang diraancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 20
tentang sisdiknas, yakni, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar[3].
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
atau proses membelajarkan subjek didik/
pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien.
Pembelajaran dapat di pandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dapat dipandang
sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah kompenen yang
terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi
dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan).
Kedua, pembelajaran dipandang sebagai proses, maka
pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar. Proses tersebut meliputi :
1. Persiapan
Dimulai dari merencanakan program
pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut
penyiapan perangkat kelengkapanya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat
evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca
buku-buku atau media lainya yang akan disajikanya kepada para peserta didik.
Guru juga harus mengecek jumlah keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
2. Melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah
dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembbelajaran ini, struktur dan situasi
pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau
strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipiih dan dirancang
penerapanya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi daan sikapnya
terhadap siswa/ peserta didik.
3. Menindaklanjuti
pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk
enrichmen (pengayaan), dapat pula
berupa pemberian layanan remidil teaching
bagi siswa yang berkesulitan belajar.
D. Keterkaitan Belajar dengan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang
tidak bisa dipisahkan satu saama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran
dapat digambarkan dalam sebuah sisitem, proses belajar dan pembelajaran
memrlukan masukan dasar (raw input)
yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam proses belajar-mengajar (learning teaching process) dengan
harapan keluar menjadi keluaran (output)
dengan kompetensi tertentu. Selain iru proses belajar dan pembelajaran juag di
pengaruhi oleh faktor lingkugan yang menjadi masukam lingkungan (environment input) dan faktor
instrumental ( instrumental input)
yang merupakan faktor yang secara sengaja dirancang untuk menunjang prose
belajar mengajar dan keluaran yang akan dihasilkan.
Faktor-faktor pendukung proses belajar dan
pembelajaran diatas tidak dapat dipisahkan sehingga akan menghasilkan output
yag di inginkan. Jika diuraikan lebih lanjut maka unsur dari masukan lingkungan
dapat berupa alam dan sosial budaya sedangkan
instrumentalnya berupa kurikulum, program, sumber daya guru dan fasilitas
pendidikan. Raw input merupakan kondisi siswa , seperti unsur fisiologis dan
psokologis. Unsur fisiologis siswa berupa kondisi panca indra, sedangkan unsur
psikologis siswa berupa minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan
kognitif.
2.2.Strategi Pembelajaran
A. Pandangan tentang Strategi Pembelajaran
Terapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (Intructional tecnologi) ,
diantaranya akan dipaparkan sebagai berikut :
1. Kozna (1989)
secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau
bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
2. Gerlach dan
Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimakhsud
meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar peserta didik.
3. Dick dan
Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh
kompenen materi pembelajaran yang prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya
terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga
pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik.
4. Gropper
(1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai
jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik daalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan[4].
2.3.Strategi
Pembelajaran Kontekstual
A. Pengertian Pembelajaran
Kontekstual
Blanchard (2001:1), Bern dan
Erickson (2001:2) mengemukakan bahwa:
Contextual
teaching and learning is a conception of
teaching and learning that help teachers relate subject matter content to real
world situations; and motivates students to make onnections between knowledge
and and its applications to their lives as family members, citizens, and
workers and engage in the hard work that learning requires.
Dengan demikian pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.
Contextual Teaching Learning (CTL)
atau pembelajaran Kontekstual merupakan sutu proses pembelajaran holistik yang bertujuan
untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar ecara bermakna
(meaningfull) yang berkaitan dengan kontek kehidupan yang nyata, baik berkaitan
dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Sehimgga
peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat
diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke
permasalahan yang lainya[5].
Pembelajaran kontekstual adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata
siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Lihat US Departmen of Education Office of
Vacational and Adult Education and The National School to Work Office dalam
http:/www. Contextual.org/19/10/2001).
Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.(Nurhadi, 2002).[6]
B. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kontekstual
Beberapa teori yang berkaitan dengan metode
pemelajaran kontekstual adalah sebagai berikut[7]
:
1.
Knowledge Based Contructivism
Teori ini
beranggapan bahwa belajar bukan menghafal, melainkan mengalami, dimana pesert
didik dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuanya, melalui partisipasi aktif
secara inovatif dalam proses pembelajaran.
2.
Effort Based Learning / Incremental
Theory of Intellegence
Teori ini
beranggapan bahwa bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan mendorong
peserta didik memiliki komitmen trhadap belajar.
3.
Socialization
Teori ini
beranggapan bahwa belajar merupakan proses sosial yang menentukan terhadap
tujuan belajar. Oleh karena iru, faktor sosial dan budaya merupakan bagian dari
sistem pembelajaran.
4.
Situated Learning
Teori ini
beranggapan bahwa pengetahuan dan pembelajara harus situasional, baik daalam
konteks scara fisik maupun konteks sosial dalam rangka mencapai tujuan belajar.
5.
Distributed Learning
Teori ini
beranggapan bahwa manusia merupakan bagian integral dari proses pembelajaran,
yang didalamnya haarus ada terjadinya proses berbagi pengetahuan dan
bermacaam-macam tugas.
Pembelajaran kontekstual juga dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar
tertentu, yaitu:
1.
Teori perkembangan dari pieget
Menurut pieget (1951:78), bagaimana seseorang memperoleh kecakapan
intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan
antar apa yang ia rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa apa yang ia
lihat sebagai suatu fenomema baru sebagai pengalaman dan persoalan. Bila
seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengetahui situasi baru, keseimbangan
dirinya tidak akan terganggu. Jika tidaak, ia harus melakukan adaptasi dengan
lingkungannya. Proses adaptasi ini melalui asimilasi, akomodasi dan
ekuilibrasi.
Proses belajar akan terjadi jikamegikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi
dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses
peingintegrasian atau penyatuan informasi baru kedalam struktur kognitif yang
telah dimiliki oleh individu. proses akomodasi merupakan proses penyesuaian
struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi
merupakan berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
2.
Teori Free Discovery Learning dari
Bruner
Dalam memandang proses belajar, bruner (1997:89) bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai pada kehidupanya.
Perkembangan kognitif juga terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan, yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap enaktif
seseorang melakukan aktivitas aktivitas dalam
upanya untuk memahami lingkungan sekitar nya. Artinya dalam memahami dunia
sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.
b.
Tahap Ikonik
Sesorang
memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi
verbal. Makhsudnya dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c.
Tahap simbolik
Seseorang
telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuanya dalam berbahasa dan logika.
3.
Teori Meaningful Learning dari
Ausubel
Menurut Asusubel, belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang
di pelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya.Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat sangat
penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motvasi dan keingian yang kuat
dari pihak si pembelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru
kedalam struktur kognitif yang dimilikinya.
4.
Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran sesorang harus
dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Menurut Vygotsky (1978:
134) perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sesuai
dengan teori sosiogenesis. Artinya
pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber
sosial diluar dirinya[8].
C.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1.
Pembelajaran dilakasanakan dalam keterampilan
dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam
lingkungan yang alamiah ( learning in
real life setting ).
2.
Pembelajaran memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna ( meaningfull learning ).
3.
Pembelajaran dilaksanakan dengan
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
4.
Pembelajaran dilaksanakan melalui
kerja kelompok, berdiskusi saling megoreksi antarteman (learning in a group).
5.
Pembelajaran memberikan kesempatan
untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara
satu dengan yang lain secara mendalam (learning
to know each other deeply).
6.
Pembelajara dilaksanakan secara
aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
7.
Pembelajaran dilaksanakan dalam
situasi yang menyenangkan (learning as an
enjoy activity).
Johnson (2002: 24)
mengidentifikasi delapan karakteristik contextual
teaching and learning, yaitu:
1.
Making
meaningful connection (membuat hubungan penuh makna)
siswa dapat
mengatur sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya
secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja kelompok, dan
orang yang dapat belajar sambil berbuat (Learnimg
by doing).
2.
Doing
significat work (melakukan pekerjaan penting)
Siswa dapat membuat hubungan-hubungan antar
sekolah dan berbagaikonteks yang ada dalam berbagai kehidupan nyata sebagai
anggota masyarakat.
3.
Self-Regulated
learning (belajar mengatur sendiri)
siswa
melakukan pekerjaan yang segnifikan : ada tujuanya, ada urusanya dengan orang
lain, ada hubunganya dengan penentuan pilihan dan ada produk/hasil yang
sifatnya nyata.
4.
Collaborating
(kerja sama)
siswa dapat
bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu merreka memahami dalam rangka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
5.
Critical and
creative thinking (berfikir kritis dan kreatif)
siswa dapat
menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif :
dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan dan
menggunakan bukti-buti dan logika.
6.
Nurturing
the individual (memelihara individu)
siswa
mmemelihara pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan
yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri-sendiri. Siswa tidak dapat berhasil
tanpa dukungan orang dewasa.
7.
Reaching
high standars ( mencapai standar tinggi).
8.
Using
authentic assesment (penggunaan penilaian sebenarnya)
siswa mengenal
dan mencapai standar yang tinggi : mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa
untuk mencapainya. Guru memperhatikan kepada siswa cara mencapai apa yang
disebut “excelence”.
9.
Using
authentic assesment (mengadakan assesment autentik)
Siswa menggunakan
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang
bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademik yang telah
mereka dipelajari untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata[9].
Secara lebih sederhana Nurhadi (2002)
mendeskripsikan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan
sepuluh kata kunci, yaitu:
1.
Kerja sama;
2.
Saling mnunjang;
3.
Menyenangkan, tidak membosankan;
4.
Belajar dengan gairah;
5.
Pembelajaran teintregasi;
6.
Menggunakan berbagai sumber;
7.
Siswa aktif;
8.
Sharing dengan
teman;
9.
Siswa kritis, dan
10. Guru kreatif[10].
D.Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Kontekstual
Elaine B.
Johnson (2002), menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga
prinsip utama, yaitu: saling ketergantungan, deferensiasi dan pengorganisasian
diri.
1.
Prinsip saling ketergantungan ( interdependence )
Menurut hasil kajian para ilmuan modern yang ada di alam semesta ini adalah
saling berhubungan dan ketergantungan.segala yang ada, baik manusia maupun
tidak manuia, mahlik hidup maupun benda mati satu sama lain saling bergantungan
berhubungan membentuk pola dan jaring sistem hubungan yang teratur.
Prinsip saling ketergantungan alam semesta, juga berlaku dalam pendidikan
dan pembelajaran. Sekolah merupakan suatu sistem kehidupan, yang terkait dengan
kehidupan di rumah, di masyarakat, dan di tempat kerja. Dalam kehidupan di
sekolah siswa saling berhubungan dan saling ketergantungan dengan guru, kepala
sekolah, tat usaha, orang tua, serta berbagai narasumber yang ada disekitarnya.
Dalam proses pembelajaran siswa juga berhubungan dengan bahan ajar, buku
sumber, media, dan sarana prasarana pendidikan, iklim sekolah dan lingkungan.
Saling berhubung ini, bukan hanya sebatas memberikan dukungan, kemudahan,
tetapi juga memberikan makna, sebab makna hanya ada karena adanya hubungan yang
berarti. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan
antara bahan ajar dengan bahan lainya, antara bahan yang bersifat konsep dengan
penerapan dalam kehidupan, antara teori dengan praktek, antara suatu kegiatan
belajar dengan kegiatan lainya dan antara kegiatan siswa dengan kegiatan siswa
lainya.
2.
Prinsip Diferensiasi ( Differentiation )
Diferensiasi menunjuk kepada sifat alam yang secara terus-menerus
menimbulkan perbedaan, keragaman dan keunikan. Alam tidak pernah mengulang
dirinya tetapi keberadaanya selalu berbeda. Prinsip ini menunjukkan kreativitas
yang luar biasa dari alam semesta. Kalau dari pandangan agam kreativitas
tersebut bukan alam semestanya tapi pencipta-Nya. Diferensiasi bukan hanya
menunjukkan perubahan dan kemajuan tanpa batas, tetapi juga kesatuan-kesatuan
yang berbeda tersebut berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang
bersiap simbiosis atau saling menguntungkan.
Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para ilmuwan
modern bahwa prinsip deferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan
berpengaruh pada alam semesta, tetapi juga pada sistem pendidikan. Para
pendidik juga dituntut untuk mendidik, mengajaar, melatih membimbing sejalan
dengan prinsip diferiensi dan harmoni alam semesta ini. Proses pendidikan dan
pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keuikan, variasi
dan kolaaborasi. Konsep-konsep tersebut, bisa dilaksanakan dalam pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran kontekstual berpusat pada siswa, menekankan aktivitas
dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi bersama teman-temannya untuk
melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan informasi, menemukan
pribsip-prinsip dan memecahkan masalah.
3.
Prinsip pengorganisasian Diri ( self organization )
Stiap individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi melekat,
yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dari yang lain. Tiap
memiliki organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan
diri-sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan
dirinya secara khas, berbeda dengan yang lainya.
Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan pengajar disekolah agar
mendorong setiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi yang
dimilikinya seoptimal mungkin. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk
membantu para siswa mencapai keunggulan akademik, penguasaan keterampilan
standar, pengembngn sikap dan moral sesuai harapan masyarakat[11].
4.
Prinsip penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penggunaan
penilaian autentik, yaitu menentang peserta didik agar dapat mengaplikasikan
berbagai informasi akademis baru dan keterampilanya kedalam situasi kontekstual
secara segnifikan[12].
E. Kompenen
Pembelajaran Kontekstual
Dalam penerapan pembelajaran
kontekstual didalam kelas terdapat tujuh kompenen dasar, diantaranya adalah :
1.
Kontruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit-demi sedikit, yang hasilnya diperluaskan melalui konteks
yagng terbatas (sempit) dan tidak berkonyong-konyong.
Siswa harus membiasakan diri untuk
memecahkan masalah dan dapat menemukan ide-idenya ang bberguna bagi
dirinya-sendiri. Sedangkan esensi dari teori kontruktivisme sendiri adalah ide
bahwa siswa harus menemukan daan mentranformasikan suatu informasi ke situasi
yang lain.
Landasan berfikir kontruktivisme
agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil
pemelajaran. Dalam pandangan kotruktivis, “strategi memperoleh” lebih
diutamaakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan.
Untuk itu tugas guru adalah
menfasilitasi proses tersebut dengan cara :
1)
Menjadikan pengetahuan yang bermakna
dan relavan bagi siswa.
2)
Memberi kesempatan siswa menemukan
dan menenerapkan isenya sendiri.
3)
Meenyadarkan siswa agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar.
Kontruktivisme digagas oleh
Glanbatita Vico Searan, seorang epistemolog dsri Italia pada tahun 1710. Vica
dalam De AntuquissimaItalorium Saplentia mengungkapkan filsafatnya dengan kata “Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia
menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu, ini
berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia mampu menjelaskan
unsur-unsur yang membangun sesuatu itu.
Model kontruktivis mempunyai masa
depan yang menjanjikan dalam pendidikan sains dan pendidikan ilmu sosial,
metode ini merupakan perkembangan dari teori kognitif pieget, fokus endekatan
kontruktivis adalah pemahaman.
Menurut paham kontruktivis, anusia
membangun atau meciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada
pengetahuan sesuai pngalamanya. Dalam pandangan kontruktivis pengetahuan tumbuh
dan berkembang melalui pengalaman, pemahaman akan tumbuh jika selalu diuji
dengan pengalaman baru.
Kontruktivis merupakan landasan
pembelajaran kontekstual dimana siswaa mampu mengkontruksikan sendiri
pemahamannya dan dengan kontruktivis siswa belajar dengan lebih bermakna karena
siswa mengalaminya sendiri.
2.
Menemukan (inkuiri)
Inkuiri merupakan inti dari
pembelajaran kontekstual, seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang
merupakan hasil dari penemuanya sendiri. Guru harus mendesai kegiatan yang akan
dilakukan siswa. Sehingga siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan dan
keterampilan apapun materi yang akan diajarkan oleh guru.
Secara uum proses inkuiri dapat
dilakukn melalui beberapa langkah, yaitu:
1)
Merumuskan masalah
2)
Mengajukan hipotesis
3)
Mengumpulkan data
4)
Menguji hipotesis berdasarkan data
yang diujikan
5)
Membuat kesimpulan
3.
Bertanya
Bertanya adalah strategi utama dalam
pembelajaran kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran juga dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa,
sedang untuk siswa kegiatan bertanya berguna untuk informasi, menginformasikan
apa yang telah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspe yang belum diketahui.
Dalam suatu pembelajaran Brtanya
berguna untuk:
1)
Menggali informasi tentang kemamua
siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
2)
Untuk mengecek pemahaman siswa.
3)
Memecahkan persoalan yang dihadapi.
4)
Membangkitkan respon pada siswa.
5)
Mengetahui sejauh mana
keinginketahuan siswa.
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Menurut Leo Semenovich Vygotsky,
seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak banyak
didapat dari komunikasi orang lain. Dengan demikian kerjasama saling memberi
dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Sehingga CTL
menyarankan agar hasil pembelajarann diperoleh melalui kerjasama dengan orang
lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam belajar secara formal maupun
nonformal.
Sehingga penerapan asa masyarakat
belajar dapat dikelompokkan dengan pembelajaran melalui kelompok belajar yang
anggotanya bersifat heterogen, baik dari kemampuan dan kecepatan belajarnya.
Dengan begitu guru dapat mengundangorang-orang yang dianggap memilii keahlian
khusus untuk pembelajaran siswa.
5.
Pemodelan (Modelling)
Modelling adalah
proses pemblajaran degan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru
oleh setiap siswa. Proses modeling htidak terbatas dari guru saja, melainkan
guru juga dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
Modelling merupakan
asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, karena melalui proses modelling
ini siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme.
6.
Refleksi (Reflevtion)
Proses dimana siswa dapat menampung,
mengingat suatu pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan
kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses ini
pengalaman belajar itu akan menjadi nilai kognitif siswa yang pada akhirnya
menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinyadan siswa juga dapat
memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuk serta siswa dapat menambah
pengetahuanya.
Dalam proses pembelajaran ini,peran
guru harus bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerungkan atau
mengingat kembali pengetahuan apa yag telah siswa pelajari dan membiarkan siswa
menafsirkan sendiri serata dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7.
Penilaian Sebenarnya (Autentic Assesment)
Penilaian sebenarnya adalah suatu
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
siswa yang melibatkan siswa dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
mereka miliki alam dunia atau kehidupan nyata. Karena assisment menekankan
proses pembelajaran. Maka data yang dikumpulan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yng dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang
dapat diambil yaitu dari kegiatan belajar siswa, baik itu kegiatan didalam
maupun diluar kelas. Inilah yang disebut dengan data autentik[13].
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ø Belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Ø pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Ø Belajar dan
pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan satu saama lain.
Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah sisitem,
proses belajar dan pembelajaran memrlukan masukan dasar (raw input) yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam proses
belajar-mengajar (learning teaching
process) dengan harapan keluar menjadi keluaran (output) dengan kompetensi tertentu.
Ø Gerlach dan
Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu.
Ø pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.
Ø Beberapa
teori yang berkaitan dengan metode pemelajaran kontekstual adalah :Knowledge Based Contructivism,
Effort Based Learning /Incremental Theory of Intellegence, Socialization ,Situated
Learning dan Distributed Learning.
Ø Pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut: learning in real life setting, meaningfull
learning, learning by doing, learning
in a group,learning to know each
other deeply,learning to ask, to
inquiry, to work together, learning
as an enjoy activity.
Ø prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual yaitu
Prinsip saling ketergantungan ( interdependence ), Prinsip Diferensiasi
( Differentiation ), Prinsip
pengorganisasian Diri ( self organization
), dan Prinsip penilaian Autentik (Authentic
Assessment).
Ø Sedangkan
kompenen-kompenen pembelajaran kontekstual adalah Kontruktivisme, Menemukan (inkuiri), Bertanya, Masyarakat Belajar (Learning Community), Pemodelan (Modelling), Refleksi (Reflevtion) dan Penilaian Sebenarnya (Autentic Assesment).
DAFTAR PUSTAKA
Masnur
Muslich. KTSP Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual,2007. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Udin
S, Winataputra, dkk, Materi Pokok Teori belajar dab pembelajaran, 2011. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Hamzah
B. Uno, Model Pembelajara Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang K reatif
dan Efektif,2010. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nanang
Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran, 2009. Bandung
: PT Refika Aditama.
Kokom
Komalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi, 2010. Bandung
: Refika Aditama.
Nana,
Erliana, Kurikulum dan Pembelajaraan
Kompetensi, 2012. Bandung : PT Refika Aditama.
M.
Fathurrohman, Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran,2012. Yogyakarta
: Teras.
Moh yamin, Menejemen mutu kurikulum pendidikan, 2009. Yogyakarta :
Diva Press.
[1] Masnur Muslich. KTSP
Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,( Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Hal : 40
[2] Udin S,
Winataputra, dkk, Materi Pokok Teori belajar dab pembelajaran, (Jakarta
: Universitas Terbuka, 2011), Hal: 1.8-1.9
[3] Ibid,
hal 1.21
[4] Hamzah
B. Uno, Model Pembelajara Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang K reatif
dan Efektif,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Hal : 1-2
[5] Nanang Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,(Bandung
: PT Refika Aditama, 2009), hal: 67
[6] Masnur Muslich. KTSP
Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,( Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Hal : 41
[7] Nanang Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,(Bandung
: PT Refika Aditama, 2009), hal: 67
[8]
Kokom Kumalasari, Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi,(Bandung:
Refika Aditama, 2010), Hal :
[9] Moh.
yamin, Menejemen mutu kurikulum pendidikan.( Yogyakarta : Diva Press, 2009)
Hal : 70-73
[10] Masnur Muslich. KTSP
Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,( Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Hal : 42-43
[11] Nana, Erliana, Kurikulum
dan Pembelajaraan Kompetensi, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), Hal:
116-118
[12] Nanang Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,(Bandung
: PT Refika Aditama, 2009), hal: 70
[13] M.
Fathurrohman, Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta :
Teras, 2012), Hal: 76-81
0 komentar:
Posting Komentar