STRATEGI
PEMBELAJARAN (UAS) 2014/2015
1.
a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan strategi dan metode
pembelajaran:
1)
Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai
sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dengan sengaja
menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika belajar anak didik
dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran
pun gagal untuk dicapai. Maka dari itu perumusan tujuan pembelajaran harus
jelas dan dimengerti oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat tercapai secara optimal dengan strategi belajar yang baik.
2)
Guru
Guru
adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi
pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi tidak
mungkin bisa diaplikasikan. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Guru sangat
menentukan bagi keberhasilan anak, mengingat guru adalah pengajar dan
pembimbing anak didik walaupun tujuan akhir tergantung dari anak didik
tersebut.
3)
Anak Didik
(siswa)
Menurut Dunkin, faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi :
a)
Latar belakang
siswa (pupil formative experience) meliputi jenis kelamin siswa, tempat
kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana siswa berasal dan
lain sebagainya. Kepribadian mereka bermacam-macam ada yang pendiam, ada yang
periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, keras kepala, manja dan sebagainya
b)
Sifat yang dimiliki siswa (pupil properties)
meliputi kemampuan, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan atau tingkat kecerdasan yang bervariasi.
Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam
penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam
menyesuaikan gaya belajar. Karena itu perbedaan anak pada aspek biologis,
intelektual dan psikologis tersebut dapat mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar.Anak didik atau siswa adalah organisme yang unik yang berkembang
sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi jarak dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.
4)
Sarana dan
Prasaran
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung
secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah,
penerangan sekolah, kamar kecil dan lain-lain. Kelengkapan saran dan prasarana
akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan demikian
sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran.Terdapat beberapa keuntugan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan
sarana dan prasana, misalnya
a)
Pertama,
kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru
mengajar. Mengajar dapat diartikan sebagai proses penyampaian materi pelajaran
dan sebagai proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka
dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan
pesan secara efektif dan efisien, sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai
proses mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana
yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk
belajar.
b)
Kedua, kelengkapan saran dan prasarana dapat
memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada
dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang auditif akan lebih
mudah belajar melalui pendengar, sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih
mudah belajar melalui penglihatan.
5)
Kegiatan
Pembelajaran
Pola umum kegiatan pembelajaran adalah
terjadinya interaksi antara guru dan anak didik dengan bahan sebagai
perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah
orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak
didik.Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil
belajar mengajar. Hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode
ceramah tidak sama dengan hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan
metode tanya jawab atau metode diskusi.
6)
Lingkungan
Dilihat
dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran yaitu:
a)
Faktor
organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas
merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.
b)
Faktor iklim
sosial – psikologis maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat
dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal dan
eksternal.Iklim sosial – psikologis secara internal adalah hubungan antara
orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru bahkan antara
guru dengan pimpinan sekolah.Iklim sosial – psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan
sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga
masyarakat dan sebagainya.Iklim sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat orang tua,
praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak
rumah) semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan
belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
7)
Bahan dan Alat
Evaluasi
Bahan
evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah
dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran
itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik.
Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan
kegiatan belajar mengajar di kelas.
8)
Suasana
Evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut
kelas masing-masing dan tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak
didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas.
Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah
tekhnik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi.
Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar
objektif.
b.
langkah-langkah pembeljaran menggunakan mix methode
1)
Macam-Macam
Metode Pembelajaran
a)
Metode Ceramah
Metode
ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan
penerapan lisan oleh guru kepada siswa.
Langkah-Langkah/Tahap Metode Ceramah
·
Tahap Persiapan
Pada tahap ini
yang harus dilakukan adalah:
o
Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai
o
Menentukan
pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
o
Mempersiapkan
alat bantu.
·
Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap ini
ada tiga langkah yang harus dilakukan:
o
Langkah
Pembukaan.
o
Langkah
pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan
pelaksanaan ceramah sangat ditentukanoleh langkah ini.
o
Langkah
Penyajian.
Tahap penyajian
adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah
berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian
siswa agar tetap terarahpada materi pembelajaran yang sedan g disampaikan.
o
Langkah
Mengakhiri atau Menutup Ceramah.
Ceramah
harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok matar agar materi pelajaran yang
sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah
kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswatetap mengingat materi pembelajaran.
Perlu diperhatikan, bahwa ceramahakan berhasil baik, bila didukung oleh
metode-metode lainnya, misalnya tanya jawab,tugas, latihan dan lain-lain.
Metode ceramah itu wajar dilakukan bila: (a) ingin mengajarkan topik baru, (b)
tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa, (c) menghadapi sejumlah siswa yang
cukup banyakMetode Diskusi
2)
Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang
dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
Langkah-langkahnya :
v Langkah Persiapan
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
·
Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
·
Menentukan
jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
·
Menetapkan
masalah yang akan dibahas.
·
Mempersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya
ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti
moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
v Pelaksanaan Diskusi
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
·
Memeriksa
segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
·
Memberikan
pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin
dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
·
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main
yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana
atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling
menyudutkan, dan lain sebagainya.
·
Memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan
dan ide-idenya
·
Mengendalikan
pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas
·
Hal ini sangat
penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan
tidak fokus.
v Menutup Diskusi
Akhir dari
proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal
sebagai berikut:
·
Membuat
pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
·
Me-review
jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan
balik untuk perbaikan selanjutnya.b. Metode Campuran.
3) Metode Sosiodrama
Suatu cara mengajar
dengan cara pementasan semacam drama atau sandiwara yang diperankan oleh
sejumlah siswa dan dengan menggunakan naskah yang telah disiapkan terlebih
dahulu.
Ø Langkah-langkahnya
:
·
Bila sosiodrama baru
ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih
dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk
memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
·
Menerapkan
siatuasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan
latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut
·
Pengaturan adegan dan
kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa
·
Setelah sosiodrama itu
dalam peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini
dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat
diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai
sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat puladihentikan bila menemui
jalan buntu
·
Guru dan siswa dapat
memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama
untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.
4)
Metode Campuran
atau Electic Methods dapat diartikan campuran, kombinasi atau gado-gado dalam
bahasa Indonesia (metode-metode pilihan).
Metode electic yaitu cara menyajikan bahan pelajaran di depan kelas
dengan melalui macam-macam kombinasi beberapa metode, misalnya; metode ceramah
dengan metode diskusi bahkan dengan metode demonstrasi sekaligus
dipakai/diterapkan dalam suatu kondisi pengajaran.
Oleh karena itu, metode ini campuran dari unsure-unsure yang
terdapat dalam metode-metode.
Dalam praktiknya, metode campuran ini dapat diterapkan seorang guru
dalam suatu situasi pengajaran di depan kelas, dengan persiapan yang baik dan
sungguh-sungguh dalam mempraktikkan metode ini.
Hal ini dikarenakan, kemampuan guru dalam menguasai bahan itu
sendiri perlu latihan-latihan praktik terus agar mampu menguasai berbagai
metode. Suatu keharusan seorang guru menguasai berbagai macam metode-metode dan
menerapkan secara bervariasi di kelas secara bersungguh sungguh.
2.
Problem Based
Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi,
2007: 77). PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran.
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL ada
delapan tahapan (Pannen, 2001: 11), yaitu: (1) identifikasi masalah, (2)
mengum-pulkan data, (3) analisis data, (4) pemecahan masalah berdasarkan
analisis data, (5) memilih cara pemecahan masalah, (6) merencanakan penerapan
pemecahan masalah, (7) ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8)
melakukan tindakan untuk pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah
sehari-hari, seluruh tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian
pula ketrampilan seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut.
Langkah-langkahnya:
a.
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi
siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b.
Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c.
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis,
pemecahan masalah.
d.
Guru membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e.
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
3. Langkah-langkah
Pembelajaran PAIKEM
1. Identifikasi variabel
2. Susun tabel data
3. Deskripsi
hubungan antarvariabel
4. Perumusan
hipotesis
5. Definisi
hipotesis
6. Definisi
variabel secara operasional
7. Eksperimen.[24]
Beberapa Metode pembelajaran dalam
PAIKEM :
1.
READING GUIDE (Bacaan terbimbing)
Langkah-langkah
Penerapan :
1.
Tentukan bacaan yang akan dipelajari.
2.
Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh
peserta atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh
mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.
3.
Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau
kisi-kisinya kepada peserta.
4.
Tugas peserta adalah mempelajari bahan bacaan tersebut
dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktivitas ini
sehingga tidak memakan waktu yang berlebihan.
5.
Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan
menanyakan jawaban kepada peserta.
6.
Pada akhir pembelajaran, berilah ulasan atau
penjelasan secukupnya.
7.
Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak
lanjut.
Tujuan penerapan strategi ini adalah
membantu peserta didik lebih mudah dan terfokus dalam memahami suatu materi
pokok.
2.
INFORMATION SEARCH (Mencari Informasi)
Langkah-langkah Penerapan :
1.
Tersedia referensi terkait topik pembelajaran tertentu
sesuai Kompetensi Dasar/Indikator/Tujuan pembelajaran. (misalnya: hakikat
manusia dalam Islam).
2.
Guru menyusun kompetensi dari topik tersebut.
3.
Mampu mengidentifikasi karakter manusia Muslim kaffah.
4.
Guru membuat pertanyaan untuk memperoleh kompetensi
tersebut.
5.
Carilah ayat dan Hadis terkait.
6.
Bagi kelas dalam kelompok kecil (maksimal 3 orang).
7.
Peserta ditugasi mencari bahan di perpustakaan/warnet
yang sudah diketahui oleh guru bahwa bahan tersebut benar-benar ada.
8.
Setelah peserta mencari dan kembali ke kelas, guru
membantu dengan cara membagi referensi kepada mereka.
9.
Peserta diminta mencari jawaban dalam referensi
tersebut yang dibatasi oleh waktu (mis 10 menit) oleh guru.
10.
Hasilnya didiskusikan bersama seluruh kelas.
11.
Guru menjelaskan materi pelajaran terkait dengan topik
tersebut.
12.
Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak
lanjut.
Tujuan penerapan metode ini adalah memberi kesempatan
peserta didik untuk menemukan suatu ilmu pengetahuan dengan proses mencari
sendiri.
3. LISTENING TEAM (Tim Pendengar)
Strategi ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan seluruh peserta didik dengan membagi peserta didik secara
berkelompok dan memberikan tugas yang berbeda kepada masing-masing kelompok
tersebut. Strategi ini dapat dibuat dengan prosedur sebagai berikut :
1.
Peserta didik dibagi ke dalam empat kelompok. Setiap
kelompok mempunyai peran dan tugas sendiri-sendiri. Kelompok 1 (sebagai
kelompok penanya) bertugas membuat pertanyaan yang didasarkan pada materi yang
telah disampaikan oleh guru. Kelompok 2 (sebagai kelompok setuju) bertugas
menyatakan poin-poin mana yang disepakati dan menjelaskan alasannya. Kelompok 3
(sebagai kelompok tidak setuju) bertugas mengomentari poin mana yang tidak
disetujui dan menjelaskan alasannya. Kelompok 4 (sebagai pembuat contoh)
bertugas membuat contoh atau aplikasi materi yang baru disampaikan oleh guru.
2.
Guru menyampaikan materi pelajaran. Setelah selesai,
kelompok-kelompok tersebut diberi waktu untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
yang ditetapkan. Tugas guru memberikan pengarahan dan pendampingan agar empat
kelompok tersebut mengemukakan tugasnya dengan baik. Selain itu, guru juga
memberikan komentar dan meluruskan jika ada pendapat kelompok yang menyimpang
terlalu jauh dari materi pelajaran.
3.
Guru melakukan klarifikasi, kesimpulan dan tindak
lanjut.
Tujuan penerapan metode ini adalah untuk melatih
peserta didik agar terbiasa belajar kelompok secara harmonis untuk mencapai
hasil belajar yang lebih efektif.
4). Langkah-Langkah dari Pembelajaran Kuantum
1. Pengkondisian awal
Tahap ini dimaksudkan untuk
menyiapkan mental siswa mengenai model pembelajaran kuantum yang menuntut
keterlibatan aktif siswa. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan
dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang
dilakukan dalam pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa percaya diri
siswa, motivasi diri, menjalin hubungan, dan ketrampilan belajar.
2. Penyusunan rancangan pembelajaran
Tahap ini sama
artinya dengan dengan tahap persiapan dalam pembelajaran biasa. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini adalah penyiapan alat dan pendukung lainnya,
penentuan kegiatan selama proses belajar mengajar, dan penyusunan evaluasi.
3. Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum
Tahap ini
merupakan inti penerapan model pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini
meliputi T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat, (2) pemberian pengalaman umum, (3)
penamaan atau penyajian materi, (4) demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan
oleh siswa, (5) pengulangan yang dilakukan oleh siswa, (6) perayaan atas usaha
siswa.
(1).
Penumbuhan minat (T= Tumbuhkan minat)
Dalam tahap
ini, guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar peserta didiknya,
agar nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dari diri siswa sehingga mampu
meningkatkan minat belajar dari peserta didik tersebut. Penumbuhan minat siswa
untuk belajar dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
yaitu mengkondisikan suasana kelas lebih rileks tetapi serius. Dapat dilakukan
dengan cara rolling tempat duduk setiap pertemuan, penempelan gambar-gambar,
penampilan video (baik yang sesuai dengan materi maupun video lain untuk
menumbuhkan minat dan motivasi siswa), dsb.
(2). Pemberian pengalaman umum (A= Alami)
Pada langkah
ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman yang telah
siswa alami terkait dengan materi yang akan diajarkan, sehingga ada motivasi
dari siswa yang pernah mengenal materi tsb untuk lebih mengembangkan
pengalamannya juga bagi yang sama sekali belum pernah mengenal menjadi lebih
tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Selain itu guru memberikan tugas
mandiri kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan harapan siswa
telah mempunyai pengalaman sebelum mengikuti pelajaran.
(3). Penamaan atau penyajian materi (N= Namai)
Pada kegiatan
ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara lengkap setelah siswa
menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga dalam penamaan siswa telah
memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapt lebih maksimal. Untuk
menghindari kebosanan dan untuk menggali kemampuan siswa, dalam penyajian
materi guru menggunakan metode ceramah bermakna dan guru hanya sebagai
fasilitator
(4). Demonstrasi pengetahuan siswa (D = Demonstrasi)
Demonstrasi
dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan
hasil tugas mandiri yang telah diberikan oleh guru sebelumnya, baik kepada
teman kelompoknya maupun kepada seluruh siswa. Dengan cara ini, diharapkan rasa
percaya diri siswa lebih meningkat karena diberi kesempatan untuk menunjukkan
“hasil karyanya” (hasil tugas mandiri).
(5). Pengulangan yang dilakukan oleh siswa (U = Ulangi)
Pengulangan
dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali
materi yang telah disampaikan oleh guru, caranya dengan bercerita kepada teman
kelompoknya, maupun kepada seluruh siswa. Dengan demikian siswa yang tidak
memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari, karena setelah guru
memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan
kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan dan atau dengan
mempraktekan langsung.
(6). Perayaan atas usaha siswa (R = Rayakan)
Perayaan
merupakan salah satu bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru dengan memberikan
pujian kepada siswa yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawab
pertanyaan dan tidak secara langsung menyalahkan jawaban siswa yang kurang
tepat, selain itu perayaan dilakukan dengan melakukan tepuk tangan bersama-sama
ketika jam pelajaran berakhir. Kondisi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat
belajar. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas
usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.
0 komentar:
Posting Komentar