Asaa'Ah

AHMAD ASMUI PUTRA JALERE SANKING BAPAK SURADI LAN SITI ZULAIKHO

spider

text asmui






salju


Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

RSS

PENELITIAN PEMBELAJARAN SKI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Secara subtansial, mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati SKI yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Namun dilihat dari peserta didik atau siswa Kebanyakan dari mereka menganggap bahan ajar SKI  kurang berpengaruh kepada peserta didik dalam mengenal, memahami dan menghayatinya.  
Sehubungan dengan itu, penulis merasa terpanggil untuk mencari tahu asbab yang menjadi faktor kekurangan bahan ajar mata pelajaran  SKI di Madrasah,  khususnya di MTS Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta.

1.2.Rumusan Masalah                                               
Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulis membatasinya dengan memberikan rumusan masalah berikut ini:
1.      Apa itu mata pelajaran SKI?
2.      Seperti apa profil Singkat SMP IT Abu Bakar Yogyakarta?
3.      Bagaimana pembelajaran SKI kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta?

1.3.Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang di paparkan di atas, penyusunan laporan pengamatan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui tentang mata pelajaran SKI.
2.        Untuk mengetahui profil Singkat SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.
3.        Untuk mengetahui profil SingkatGuru pengampu mata pelajaran SKI kelas VII A  SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.
4.        Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran SKI kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta?
1.4.Manfat Penulisan
1.    Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan yang terdapat dalam bahan ajar Mapel SKI kelas VII MTs Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta.

2.     Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa PAI
Memberikan masukan kepada pihak mahasiswa PAI mengenai Pengetahuan terkait pembelajaran SKI di Sekolah khususnya pada kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta yang akan dapat dijadikan rujukan sebagai calon guru PAI.

1.5.Teknik Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, teknik penulisan yang digunakan adalah dengan Teknik Telaah Pustaka, yaitu meneliti kepustakaan atau buku-buku Mapel SKI secara langsung di Madrasah.
Disamping menggunakan Teknik Telaah Pustaka, kami juga menggunakan teknik Interview, yakni mengambil referensi dari hasil wawancara kepada guru mapel SKI dan siswa kelas VII secara langsug,  dengan tujuan untuk membantu memperjelas dan agar lebih mudah memahami dari pada isi laporan tersebut.
Kemudian dengan Teknik Searcing, yakni mengambil referensi dari internet sebagai materi tembahan yang tidak ada dalam teknik telaah pustaka dan interview.
1.6.Sistematika Penulisan
Agar makalah ini tersusun dengan baik, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN, yang meliputi : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Teknik Penulisan, Sistematika penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN, yang meliputi : Pengertian, profil MTs Nurul Ummah dan penjelasan-penjelasan.
BAB III. PENUTUP, yang meliputi: Kesimpulan.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Definisi Mata Pelajaran SKI
Mata Pelajaran Sejarah kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah idlam pada masa lampau, Mulai dari perkembangan masyarakat islam pada masa nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan islam di Indonesia[1].
Sejarah  Kebudayaan  Islam merupakan  mata pelajaran  yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Islam dari masa lampau hingga masa kini.
Hat lain yang sangat mendasar dalam SKI adalah terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam tema-­tema tertentu indikator keberhasitan belajar akan sampai pada capaian ranah afektif. Jadi SKI tidak saja merupakan transfer of knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan nilai (value education).
Adapun tujuan pembelajaran SKI di MTs Sebagai berikut :
a.    Memberikan pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan Islam kepada para peserta didik, agar ia memberikan konsep yang objektif dan sistematis dalam perspektif sejarah.
b.    Mengambil i’tibar, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
c.     Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan ajaran Islam berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.
d.   Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.

Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi sebagai berikut:
a.  Fungsi edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup  yang luhur dan Islami dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
b.  Fungsi keilmuan
Melalui sejarah, peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai  tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
c. Fungsi  transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam proses transformasi masyarakat.
2.2    Profil Singkat SMP IT Abu Bakar Yogyakarta
     Lima belas tahun yang lalu di Yogyakarta muncul lembaga pendidikan Islam  yang menamakan diri Sekolah Islam Terpadu (selanjutnya disingkat SIT) ditambah dengan nama full day school dan boarding school. SIT ini berdiri sejak dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Siswa-siswa sekolah ini berada di sekolah sejak pagi sampai sore, bahkan sebagian tinggal di asrama. Berturut-turut berdiri Taman Kanak- Islam Terpadu (TKIT) Muadz Bin Jabal 1993/1994, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Lukman Hakim 1995/1996, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Abu Bakar 2001/2002. Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) Abu Bakar 2004/2005
 Kekhasan yang dimiliki SMP IT Abu Bakar  kota Yogyakarta adalah fullday school dan boarding scholl. Para Siswa yang sekolah di sini belajar sejak pagi sampai sore, bahkan sebagian dari mereka tinggal di asrama. Khusus bagi mereka yang yang tinggal di asrama, secara total  belajar 24 jam dalam pengawasan guru dan memiliki aturan-aturan yang tidak dimiliki sekolah lain (Buku Panduan SMP IT Abu Bakar,Yogyakarta, 2008).
Secara historis SMP IT Abu Bakar ‘Boarding School’ memperolehinspirasi dari sejarah Islam klasik dan sejarah pendidikan Islam Indonesia –pondok pesantren–.   SMP IT Abu Bakar Boarding School berdiri di atas beberapa prinsip: kerja sama, keseriusan, dakwah, kontinyuitas danketerpaduan. SMP IT Abu Bakar berdiri pada tahun, 2000/2001.
Susunan Pengurus Yayasan SMP IT Abu Bakar Boarding School
Agus Sofwan –kepala sekolah SMP IT Abu Bakar—mengatakann bahwa SMP IT Abu Bakar tak lepas berdirinya TK IT Mu’adz Bin Jabal, SD IT Lukman al-Hakim dan SMA IT Abu Bakar. Meskipun secara formal sekolah-sekolah tersebut berdiri di bawah yayasan berbeda, tetapi secara personal orangnya sama, hanya berganti posisi. Sejauh data yang ada, personalia pendiri SMP IT Abu Bakar Boarding School sbb:
·     Pembina                                  : Drs. H. Sunardi Sahuri
·     Ir. Kholid Mahmud, MT.
·     Ketua Yayasan                        : Drs. Ery Masruri
·     Sekretaris                                 : Muhaimin SH., KN.
·     Bendahara                               : H. Suranto, MT.
·     Bidang Pend. dan Peng.: Drs. Agus Sofwan dan Drs. Mjudjidin, Mpsi
·     Bidang Penel.Pengembangan: Dr. Sukamta dan Dr. H. Adam Pamudji
·     Rahardja, MSc.
Pada awalnya, ada cita-cita dari pengurus yayasan keinginan mendirikan SMP IT. Kemudian, diadakan workshop di PP Ibnul Qayyim, Yogyakarta. Hasil workshop trersebut diajukan kepada Dewan Dakwah Prop. DIY dan Badan Wakaf PDHI DIY. Disepakati dalam pertemuan tersebut akan didirikan SMP IT Abu Bakar. Atas prakarsa salah seorang donatur –H. Islami’l pemiliki Toko Batik Terang Bulan—memberikan infak yang cukup untuk mendirikan lokal SMP IT Abu Bakar. Sejauh ini sudah dua kali pergantian kepala sekolah: 2000/2001 s.d. 2003/2004 : Drs. Agus Sofwan,  2003/2004 s.d. sekarang Ahmad Salim, Sag.
Visi, misi dan tujuan SMP IT Abu Bakar Boarding School Yogyakarta
Visi SMP IT Abu Bakar adalah menciptakan generasi Islam terbaik untuk mencapai kejayanaan peradaban Islam.  Misinya yaitu ngimplementasikan pendidikan Islam terpadu dengan berbasis pada organisasi sekolah sehat, kurikulum terintegrasi dan SDM yang unggul.
Tujuan SMP IT Abu Bakar Boarding School mencakup 4 hal; Pertama; mengintegrasikan ayat kauniyah dan qauliyah, iman, ilmu dan amal. Kedua, mengintegrasikan fikriah, ruhiah dan jasadiah. Ketiga, meluluskan siswa yang beraqidah lurus, beribadah secara benar, berakhlak mulia, berfikir ilmiah, berkepribadian mandiri, kretaif, disiplin dan berbadan kuat. Keempar, mendorong siswa bersemangat, penuh empati dan bertindak sepenuh hati. Mewujudukan generasi muslim berilmu, berwawasan global, bermanfaat bagi kemajuan Islam kaum muslimin (Dokumnetasi SMP IT Abu Bakar Boardingn School Yogyakarta).
Keempat rumusan tersebut dapat disimpulkan sbb: nilai integrasi, interkoneksi, dan keseimbangan. Ketiga nilai tersebut menjiwai susunan kurikulum yang dibuat di SMP IT Abu Bakar Boarding School Yogyakarta.
Sistem Boarding School
Sistem Boarding School adalah model pendidikan yang diselengarakan secara penuh 24 jam. Siswa dan pengasuh/guru tinggal bersama-sama, dalam suatu tempat, disediakan tempat tinggal, jadwal pengajaran dan kegiatan-kegiatan lain.
Model pendidikan boarding school setidaknya memiliki 2 pra-syarat pokok yang harus dipenuhi; komponen fisik dan non fisik. Komponen fisik meliputi; masjid, ruang belajar, ruang tinggal (asrama). Asrama tinggal harus memenuhi syarat ruang: 4, 2m ditambah 1,6 m, jarak antar tempat tidur 0,9 m. Jendela minimal 0,5 m. Untuk setiap siswa memerlukan tempat 2,3 m, disediakan bathtub  setiap 10 siswa. Disamping itu ada ruang hall, ruang makan, fasilitas dapur, seni dan olah raga.
Perekrutitan tenaga guru, administrasi: dilakukan dengan seleksi secara ketat. Materi seleski meliputi: Ideologi keislaman, komitmen perjuangan, kemampuan profesional, kesehatan dll. Sedangkan pengangkatan serta pemberhentian kepala sekolah, guru dan staf diusulkan dalam rapat oleh sekolah atas dasar kebutuhan di sampaikan kepada BPH.
Pola pembinaan guru dilakukan sbb: secara periodik dengan materi terpogram, bagi tenaga pengajar ilmu eksakta disiapkan syari’ah, sedangkan tenaga pengajar ilmu dieniah disiapkan pola syari’ah dan metode pembelajaran.  Pembinaan potensi dilakukan kepada guru dengan cara up-grading dan training terjadwal. Pembinaan kepada guru tentang ilmu agama berkaitan dengan keilmuan klasik dan penguasaan fardhu Ain dan Kifayah, dilakukan pendalaman tentang psikologi anak.
Tujuan pembinaan ini dilakukan dalam rangka menumbuhkan komitmen dan dedikasi mengajar yangb tinggi, profesional dalam menjalalankan tugas baik teoritik maupun praktik.
Pola Pembinaan dan proses pembelajaran
Anak yang masuk ke SMP IT Abu Bakar, diseleksi secara ketat. a. Pengetahuan dasar umum dan agama yang cukup, b. Bacaan al_qur’an dan takhfidz yang cukup, c. kemampuan bahasa Inggris dan Arab yang cukup, d. Ahlakul karimah e. Keterlibatan dan partisipasi orang tua/wali. Kemudian, raw in-put tersebut dianalisa karakteristiknya, dibuat kontrak belajar, diketahui bakatnya, dan motivasi belajar. Hasil analisa disampaikann kepada guru dan dibuat kelompok belajar. Dengan data tersebut guru dapat merencanakan pola pembinaan yang pas buat masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok didampingi seorang guru.
Proses pendidikan yang diberikan kepada siswa berprinsip pada: seluruh waktu adalah proses pembelajaran, guru mendampingi siswa merefleksikan ilmunya, menciptakan situasi kondusif di asrama untuk belajar. Misalnya: siswa dikut sertakan pada aktivitas ibadah qurban, bazaar, bakti sosial, pengajian rutin dengan masyarakat sekitar, setiap malam jum’at, takziah dan aktivitas bulan ramadhan, dll[2].
2.3    Profil Singkat Guru Pengampu SKI SMP IT Abu Bakar Yogyakarta
Nama                             : Ust. Tri Winarsih S.Pdi
Periode Guru SKI         : Selama 2 tahun. (Kelas VII A dan VIII)
   tahun 2014-2016.
2.4    Bahan Ajar SKI kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta
Adapun profil buku ajar SKI kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Buku Sirah Nabawiyyah
Penerbit          : Pustaka Al-Kautsar
Penulis                        : Syaikh shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri
Tebal               : xxxii + 584 hlm
Berat Total      : 1.35 Kg

Harga Sirah Nabawiyyah  : Rp 110.000,-

Rp 88.000,-                         

                   
Mengetahui sejarah beliau merupakan satu kewajiban yang dibebankan kepada umat ini karena beliau adalah perantara dan penafsir Alquran secara perkataan dan perbuatan, sehingga tidaklah mungkin kita dapat memahami ajaran agama kita tapa mengetahui sejarah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Buku Sirah Nabawiyah Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Perjalanan hidup Rasulullah adalah lautan luas yang membentang, dengan kebeningan airnya yang kebiruan. Di sana tersimpan pesonaalami nan abadi. Tiada mata yang bosan memandang. Tiada hati yang  jemu  menikmati . Tiada berhenti orang menyelami.Karena sosok beliau, adalah pesona sepanjang masa.
                                                                                       
2.5    Pembelajaran SKI Kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta
A.    Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran SKI ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal               : Kamis/ 06 Oktober 2016
Alamat                        : Jl. Veteran (Timur RSI Hidayatulloh  Yogyakarta)
            Waktu                         : Pukul 10.20-11.50 WIB (Jam ke-5 dan 6)
            Materi                          : Periode Dakwah Nabi Muhammad saw
            Guru Pengampu          : Tri Winarsih S.Pdi
B.     Materi
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. terbagi kedalam dua periode, yaitu periode Mekah dan periode Madinah.
Pertama,  periode Mekah.
Dakwah Nabi Muhammad SAW. di Mekah dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Dakwah tersebut dilakukan dengan dua tahapan, yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
1.      Dakwah dengan Sembunyi-sembunyi.
Sesudah menerima wahyu kedua yang menjelaskan tugas atas diri beliau, mulailah beliau berdakwah dengan sembunyi-sembunyi dan mengajak keluarganya terdekat. Mereka ada yang tinggal satu rumah dan sahabat-sahabat terdekat.
 Secara bertahap, satu demi satu diberikan pemahaman agar mereka meninggalkan penyembahan berhala dan hanya menyembah Allah yang Maha Esa. Berikut nama-nama yang mula-mula beriman kepada Rasulullah SAW. di Mekah:
1)     Siti Khadijah (istri Rasulullah)
2)     Ali bin Abi Thalib (seorang pemuda), putra paman Rasulullah, Abu    Thalib.
3)     Zaid bin Harisah (seorang budak), yang kemudian menjadi anak angkat Nabi Muhmmad SAW.
4)     Abu Bakar al-Siddik (sahabat Rasulullah)
Melalui Abu Bakar, secara bertahap orang-orang memeluk Islam, antara lain Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bi Abi Waqas, Abdurahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, dan yang lainnya. Mereka digelari as-Sabiqunal Awwalun, yaitu orang-rang yang lebih dahulu atau pertama-tama masuk Islam. Mereka mendapatkan pelajaran tentang Islam dari Rasulullah SAW. secara langsung di tempat kediaman rumah Arqam bin Abil Arqam di Mekkah[3].
b.     Dakwah dengan Terang-terangan
Nabi Muhammad melakukan dakwah bersifat fardiyah, yaitu ajakan untuk memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi dari satu orang atau satu rumah ke rumah yang lain sekitar tiga tahun.

   Kemudian Allah memerintahkan Rasulullah SAW. untuk berdakwah secara terang-terangan (lihat surat al-Hijr ayat 94). Sejak saat itu Nabi Muhammad SAW. berdakwah secara terang-terangan terhadap kaumnya di tempat-tempat terbuka hanya menyembah Allah SWT. dan tidak menyekutukan-Nya. Seruan yang bersifat terbuka ini dilakukan terhadap lapisan masyarakat Mekah, yaitu bangsa quraisy, kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji.

Kedua periode Madinah
           Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, dalam bukunya Sirah Nabawiyah, telah menggambarkan tentang kondisi Nabi dan para sahabatnya di Mekah,  cobaan berat yang dialami mereka di Mekah adalah berupa gangguan, penyiksaan, cacian, dan penghinaan dari kaum musyrik Quraisy. Setelah Rasulullah mengizinkan mereka berhijrah, cobaan berat itu kini harus meninggalkan tanah air, harta kekayaan, rumah dan keluarga.
Para sahabat dengan setia dan ikhlas kepada Allah menghadapi kedua bentuk cobaan berat tersebut. semua penderitaan dan kesulitan mereka hadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Ketika Rasulullah SAW. memerintahkan mereka berhijrah ke Madinah, tanpa merasa  berat mereka berangkat meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan keluarga mereka. Mereka tidak bisa membawa harta dan kekayaan, karena harus berangkat secara sembunyi-sembunyi. Semua itu mereka tinggalkan di Mekah untuk menyelamatkan agamanya dan menggantinya dengan ukhhuwwah yang menantikan mereka di Madinah.9
Ketika Nabi memutuskan untuk hijrah ke Madinah bersama para pengikutnya, Nabi tidak sekedar pindah, melaikan menciptakan perubahan yang luar biasa pada masyarakat Madinah.
           Sejarah telah mencatat, diantara hal yang menyebabkan hijrah dilakukan oleh Nabi dan pengikutnya adalah kondisi Mekah tempat Nabi menjalan misi pembebasan kemanusia selama 13 tahun sudah tidak lagi kondusif[4].

Beliau dan para pengikutnya menerima berbagai rintangan, ancaman, dan bahkan pembunuhan dari masyarakat Quraisy. Kemudian, Allah memerintahkan Nabi untuk segera meninggalkan Mekah menuju Madinah.10
Waktu pihak Quraisy semakin sesak dada dan geram karena melihat dakwah Muhammad semakin berkembang. Sementara ganguan dan sisksaan mereka terhadap kaum muslimin tidak mengurangi keimanan mereka. Terpikir oleh kaum Quraisy, untuk menghentikan dakwah Muhammad, kemungkinan adalah dengan memenuhi segala kiinginannya. Pergilah Utbah bin Rabi’ah, seorang bangsawan dan sastrawan Quraisy, untuk menawarkan pemenuhan tentang segala keinginan Muhammad. Utbah berkata: “Anakku, engkau membawa sejumlah persoalan. Sekarang dengarlah, Jika harta yang engkau inginkan, akan kami penuhi. Jika pangkat atau jabatan yang engkau dambakan, kami akan kabulkan. Ika kerajaan yang engkau inginkan, akan kami nobatkan kamu”. Selesai Utbah berbicara, Nabi Muhammad membacakan ayat Quran. Beberapa ayat dari surat al-Sajdah, belai bacakan dan Utbah mendengarkannya. Utbah terdiam membisu, dan terpesona mendengar bacaan ayat al-Quran. Ternyata orang yang berada dihapannya, Muhammad bukanlah orang yang menginginkan semua itu, dan bukan pula orang yang sakit. Dia (Muhammad) adalah orang yang mampu memancarkan sinar dan wibawa kebenaran yang mengajak kepada kebaikan. Akhirnya, Utbah tidak berhasil membujuk Nabi dan menghentikan dakwahnya.
Hijrah Nabi berawal dari krisis iman yang berimplikasi pada krisis sosial. Ada kesenjangan antara kelompok yang kaya dan miskin. Diskriminasi sosial juga menghegemoni, yang disebabkan oleh perbedaan suku, ras golongan, maupun jenis kelamin. Hijrah terjadi akibat penindasan dan perlawanan secara keras yang dilakukan kaum kafir dan musyrik terhadap misi dakwah Nabi Muhammad SAW. peristiwa itu merupakan wujud nyata perlawanan Nabi secara tegas. Tidak ada kompromi terhadap kekerasan, kekejaman, dan kezhaliman. Ini tindakan revolusioner.
Sebagaimana dijelaskan pula oleh Wahidin, bahwa Rasulullah meninggalkan kota Mekah menuu ke tempat yang baru (hirah) didasari oleh beberapa alasan. Pertama, adanya dominasi ekonomi. Kota Mekah secara ekonomi sudah tidak lagi menjadi tempat yang bisa menjamin kelangsungan hidup beberapa kelompok masyarakat. Sektor perekonomian hanya dikuasai oleh kaum bangsawan atau suku Quraisy dan mendiskriminasi susku-suku lain, tentunya termasuk pengikut Nabi Muhammad SAW. Berhala-berhala berupa patung (Latta, Uzza, Manat dan lain-lain) mereka ciptakan, yang kemudian mereka pasang di dinding Ka’bah tujuannya tidak lain untuk mendapatkan keuntungan material dengan jalan memungut upeti bagi para pengunjung atau orang yang datang melakukan penyembahan. Kedua, adanya ketidakadilan sosial. Penindasan dan diskriminasi terhadap kelompok masyarakat yang miskin dan lemah tampak sekali dalam kehidupan bermasyarakat. Sistem perbudakan yang dikembangkan oleh suku Quraisy yang tidak lain adalah pihak keluarga Nabi sendiri adalah bukti nyata yang banyak dijumpai dalam sejarah, seperti yang pernah dialami oleh sahabat Bilal bin Rabah yang diperbudak oleh salah seorang bangsawan Quraisy.
Ketiga, tidak adanya penghargaan terhadap harkat dan martabat kaum wanita. Wanita tidak ada harganya jika dibandingkan dengan laki-laki. Jika ada satu keluarga yang melahirkan anak perempuan, hal itu dianggap kesialan dan aib besar bagi mereka. Untuk menghilangkan aib itu, orang kafir Quraisy sampai-sampai berani mengubur hidup-hidup bayi perempuannya. Praktek ini juga pernah dilakukan oleh Umar bin Khattab ketika sebelum masuk Islam. Kalaupun ada perempuan yang selamat dan tidak dikubur hidup-hidup kemudia setelah dewasa  mereka hanya dijadikan sebagai alat nafsu birahi kaum laki-laki.13
Secara mendasar, pada tataran etis, peran Rasulullah SAW. adalah menyempurnakan akhlak al- karimah. Hal nampak jelas dalam sabdanya:
Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia
Karena itu, pada tataran konkritnya, Rasulullah pun melakukan perombakan sosial kultural. Sebagaimana diketahui masyarakat Quraisy jahiliyah memiliki budaya menguburkan hidup-hidup bayi perempuan, karena mereka merasa perempuan itu tidak membawa rezeki, malah menciptakan kemiskinan. Mereka takut miskin, .sebab dalam pandangan mereka, perempuan itu lemah dan hanya menjadi beban hidup. Sehingga mereka dengan sangat kejam dan tidak memiliki prikemanusiaan membunuhnya, dengan cara menguburnya hidup.
Di Madinah, Nabi menciptakan persaudaraan, antara umat Islam yang pendatang dari Mekah (Muhajirin) dengan penduduk asli Madinah (Anshar),  Oleh Nabi diatur dan dikelola sedemikian rupa sehingga terciptanya suatu ikatan kekeluargaan dan kebersamaan yang kuat. Selain itu, dengan hidup saling berdampingan secara harmonis dan dapat menjalankan kegiatan ekonomi dan agama. Tanpa perpaduan, keharmonisan, dan kekeluargaan yang dilakukan oleh Nabi terhadap pesaudaran mereka maka tidak akan terwujud dan bahkan gagal.
Untuk mengembangkan berbagai kegiatan, Nabi pun membangun masjid al-Nabawi, atau masjid Quba, mesjid yang pertama dibangun, yang dijadikan tempat menjalankan kegiatan ibadah, belajar, dan pertemuan untuk membicarakan dan menyelesaikan berbagai masalah umat.
Nabi juga membangun citra Madinah sebagai kota berperadaban tinggi. Semula nama kota ini bernama Yasrib, yang berarti kota mati, kemudian menjadi al-Thaibah, alias kota aman dan rapih, dan akhirnya menjadi al-Madinah al-Munawwarah, atau kota yang bersinar (berperadaban). Nilai-nilai yang ditanamkan Nabi di Madinah, seperti toleransi dan tolong menolong, juga ditunjukan untuk membangun sebuah masyarakat yang padu dan kuat. Nabi paham betul bahwa  orang-orang Quraisy akan mengatur strategi untuk menyerang Madinah. oleh karena itu, Nabi memantapkan asas-asas penting yang dipersiapkan untuk membangun Madinah sebagai negara. maka  untuk memantapkan asas tersebut, Nabi membuat perjanjian penting, yaitu Piagam Madinah.15
Amali, menjelaskan bahwa kemajuan pesat agama Islam di Madinah berkat sesuadah adanya bai’at Kubra 12 orang pilihan dari mereka sebanyak 73 orang dilantik oleh Rasulullah SAW. sebagai Nuqaba (kepala regu dari suatu organisasi) membuat kegelisahan kaum Musyrikin Quraisy di Mekah. Sehingga dalam musyawarahnya mereka memutuskan bahwa Muhammad harus dibunuh dengan jalan menuju kerumahnya diblokir oleh para pemuda yang terlatih dari tiap-tiap kabilah dan diorganisir sedemikian rupa.
Sehingga rencana pembunuhan Nabi tidak bocor ke luar dari lingkungan mereka sendiri. Namun usaha mereka ini sia-sia atau gagal, karena pertolongan Allah Nabi dapat meloloskan diri dari kepungan mereka dan berangkat bersama Abu Bakar menuju Madinah[5].
                                                                                                    
C.    Metode Pembelajaran
Dalam pembelajaran SKI kelas VII A SMP IT Yogyakarta guru pengampu menggunakan beberapa metode atau strstegi dalam pembelajaran SKI sebagai berikut :
1.      Metode Cerita
2.      Metode Ceramah
3.      Metode Audio Visual
4.      Metode Meringkas/Resensi
5.      Metode Main Maping
6.      Menghadirkan pakar ahli sejarah kebudayaan islam
Dari beberapa metode yang telah dilakukan diatas, guru pengampu lebih sering menggunakan metode main maping, termasuk dalam materi periode dakwah nabi Muhammad saw ini.  Terbukti karena hasil pemahaman siswa lebih efektif. [6]
Dibawah ini hasil pengamatan saya dalam proses  pembelajaran SKI kelas VII SMP IT Abu Bakar Yogyakarta dengan metode Main Maping:
1.      Pembukaan
-          Guru membuka kegiatan belajar mengajar dengan membaca doa bersama.
-          Guru mengenalkan dan memberikan pengantar materi tentang gambaran periode dakwah nabi Muhammad saw.
2.      Proses Pembelajaran
-          Setelah memberikan pengantar meteri guru meminta agar siswa membaca buku masing-masing yang telah disediakan terkait dengan materi dan diberi waktu.
-          Guru memberikan tugas untuk menyusun dan meringkas materi dengan main maping yang telah dijelaskan dalam withboard di depan kelas oleh guru.
-          Siswa secara antusias mengerjakan tugas dari guru dengan batasan waktu yang telah ditentukan.
-          Guru mengawasi pekerjaan siswa.
3.      Penutup
-          Siswa mengumpulkan lembar tugas, dan
-          Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membaca doa bersama.
Contoh Metode Main Maping pembelajaran SKI.

Manfaat pembelajaran SKI dengan metode main maping adalah sebagai berikut;
-          Guru pengampu akan lebih mengetahui pemahaman siswa sehingga penjelasan guru akan lebih terfokuskan pula.
-          Siswa akan lebih mudah memahami materi dengan mengambil poin-poin penting materi sejarah yang terkesan lebih banyak.
-          Metode main maping yang juga dibatasi waktu dalam mengerjakanya akan melatih siswa lebih disiplin waktu.
-          Dengan metode ini pula siswa akan meluangkan kreativitas grafiknya dalam mendesain main map nya.

D.    Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Agama Islam SMP IT Abu Bakar Yogyakarta mengunakan dua kurikulum yaitu kurikulum pemerintah pendidikan nasional dan kurikulum sekolah, yang sering di sebut PAI 1 dan PAI 2.
PAI satu yang mengikuti kurikulum Pemerintah pendidikan nasional pada umumnya, yakni kurikulum 2013 yang menekankan keaktifan siswa. Sedangkan PAI 2 mengikuti kurikulum yang dibuat dari kebijakan sekolah itu sendiri yang meliputi mata pelajaran Alqur’an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam. Sehingga mata pelajaran PAI khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini menggunakan referensi khusus dari Sirah Nabawiyah[7].

E.     Peran Guru Pengampu SKI dalam Mengajar
Sebagai guru PAI mempunyai kewajiban mengabdi dan mengajar ilmu yang telah didapat dalam studi, yang juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan, karena guru akan dihadapkan dengan berbagai kelompok, baik dalam kelas maupun diluar kelas. Di dalam kelas seorang guru akan menghadapi murid-murid yang banyak versi latar belakang, kemampuan, kedisiplinan, kecerdasan maupun yang lainya. Sehingga dengan jiwa pemimpin yang dimilikinya akan membantu mempermudah guru dalam kegiatan belajar mengagar. Mengajar secara kreatif dalam kelas merupakan salah satu bentuk cara memimpin guru terhadap siswa-siswanya dalam penyampaian pembelajaran. Morris (2006) menyatakan bahwa guru harus kreatif, dimana guru menggunakan imajinasinya agar kegiatan belajar lebih menarik,tidak membosankan, dan siswa akan menyimak dengan penuh perhatian dan dapat mendorong daya kreativitas siswa baik cara berfikir maupun perilaku siswa itu sendiri. Begitu juga diluar kelas seorang guru harus bisa menjalin hubungan sosial yang baik dengan guru dan staf pendidikan yang lain dalam lembaganya sebagai penerapan tipe sosialis pemimpin.
           Jiwa kepemimpinan seorang guru akan mempengaruhi sekitarnya. Orang jawa mengatakan bahwa guru itu “digugu lan ditiru”. Sebagai murid tentu akan meneladani sifat dan sikap gurunya dalam kelas maupun diluar kelas. Maka jadikanlah posisi seorang guru itu sebagai suritauladan dan jiwa kepemimpinan yang baik bagi sekitarnya khususnya bagi murid-muridnya[8].
           Guru pengampu mata pelajaran SKI kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta Ibu Ustadzah Tri Winarsih, S.Pdi. Menurut prospektif kami sebagai pengamat dan sekaligus calon guru PAI kami kira beliau sudah memenuhi kode etik guru dalam mengajar, juga telah memenuhi kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Secara universal beliau menguasai ilmu mendidik dan mengajar yang baik, dapat mengkondisikan kelas dan mendesain interaktif siswa denganya menjadi hidup. Profesionalitasnya terlihat dari penyesuaian RPP yang diteorikan dengan pelaksanaan pembelajaranya. Penyampaian materi yang di ungkapkan secara konstektual dan ramah tamah memberikan kemudahan pemahaman siswa tentang periode dakwah Nabi Muhammad saw. Hal ini terlihat antusias siswa yang kompak dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh beliau.

F.     Antusias Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran
Peserta didik SMP IT Abu Bakar Yogyakarta dibagi atas beberapa kelas dimana antara siswa dan siswi dipisah dalam pembelajaranya. Termasuk pembelalajaran SKI yang juga antara siswa dan siswi tidak tercampur dalam satu kelas sehingga nilai agama nya terealisasikan. Kelas yag kami amati ini kebetulan kelas yang dihuni oleh para siswa dimana secara menyeluruh psikologis mereka agak sulit dimasuki, apalagi dengan guru pengampu perempuan yang secara umum mengampunya dengan sangatlah ramah dan halus. Meskipun seperti itu siswa dalam kelas dapat dikondisikan secara baik dan siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik pula.
Mayoritas siswa yang berasal dari lulusan sekolah favorit ini mempunyai antusias pemahaman materi dengan lumayan mudah. Walau secara perilaku dalam kelas sudah secara umum siswa banyak yang bercnda gurau dan celelean dalam bahasa jawanya. Siswa-siswa kelas VII A ini mengikuti pembelajaran sampe akhir. Antusias siswa yang kurang baik dalam merespon kedisiplina waktu dimana seperti contoh saat tiba pengumpulan tugas kebanyakan dari mereka belum meyelesaikanya. Sehingga guru secara terpaksa memberikan toleransi waktu tambahan agar siswa dapat segera menyelesaikan tugasnya. Namun yang disayangkan lagi mereka masih banyak yang belum menyelesaikan sampai sampai guru membrikan batasan waktu sampai asar agar dikumpulkan. 
Dari sinilah dapat saya simpulkan bahwa antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta kurang baik dalam kedisiplinan waktu. Maka hal ini perlu ditingkatkanya ketegasan guru pengampu dalam mendidiknya[9].
G.    Kendala Guru Pengampu dalam Mengajar
Siswa yang berasal dari beground lulusan sekolah dasar favorit ini menciptakan kendal guru pengampu dalam penyampaian materi sejarah kebudayaan islam. Pertanyaan-pertanyaan dan kekritisan siswa yang sudah mendalam membuat guru pengampu harus memegang kendala kesulitan dalam menjawabnya, sehingga guru mengalihkan dan menjadikan PR dari pertanyaan tersebut untuk mencari daripada jawaban yang tepat dan benar.
Kelas VII A yang dihuni para siswa ini juga memjadi kendala yang kedua bagi guru dalam pengkondisiian kelas. Sehingga kelas terkesan ramai dan kurang kondusif.

H.    Harapan Guru Pengampu terhadap Pembelajaran SKI
Sejarah  Kebudayaan  Islam merupakan  mata pelajaran  yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Islam dari masa lampau hingga masa kini.
Hal lain yang sangat mendasar dalam SKI adalah terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam tema-­tema tertentu indikator keberhasitan belajar akan sampai pada capaian ranah afektif. Jadi SKI tidak saja merupakan transfer of knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan nilai (value education)[10].






BAB III
PENUTUP

3.1  Kritik dan Saran
Guru pengampu diharapkan lebih tegas lagi dalam pengkondisian kedisiplinan waktu terhadap siswa. Sehingga siswaa akan berusaha memperhatikan materi yang disampaikan.
Bacalah maka akan memperbanyak wawasan dan Semoga dengan laporan pengamatan ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan pembaca secara umum.
3.2 Kesimpulan
 Mata Pelajaran Sejarah kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah islam pada masa lampau, Mulai dari perkembangan masyarakat islam dari masa lampau hingga masa kini.
SMP IT Abu Bakar Yogyakarta mempunyai historisitas Lima belas tahun yang lalu di Yogyakarta muncul lembaga pendidikan Islam  yang menamakan diri Sekolah Islam Terpadu (selanjutnya disingkat SIT) ditambah dengan nama full day school dan boarding school. SIT ini berdiri sejak dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Siswa-siswa sekolah ini berada di sekolah sejak pagi sampai sore, bahkan sebagian tinggal di asrama. Berturut-turut berdiri Taman Kanak- Islam Terpadu (TKIT) Muadz Bin Jabal 1993/1994, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Lukman Hakim 1995/1996, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Abu Bakar 2001/2002. Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) Abu Bakar 2004/2005
Pembelajaran SKI kelas VII A di SMP IT Abu Bakar Yogyakarta sudah berjalan baik dari segi peran guru pengampu dan kektifan peserta didik, namun ada beberapa hal yang menjadi kendala kegiatan belajar mengajar dalam kelas, seperti kedisiplinan dan eramaian siswa yang menganggu proses pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Tatang Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, 2008, Bandung: CV Armico
http://smpitabubakar.com/profil/pendidikan/
Interview bersama guru SKI, Tri Winarsih, S.Pdi (kamis, 06 oktober 2016)
Interview siswa (Senin. 07 Maret 2016)
Analisa anket yang berisi pernyataan-pernyataan terkait SKI. (Rabu, 9 Maret 2016)




[1] Tatang Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, (Bandung: CV Armico, 2008) Hal iii
[2] http://smpit-abubakar.sch.id/profile-sekolah/
[3]Husain Muhammad Yusuf,  Jejak Dakwah Rasulullah, Membedah Konsep Kepemimpinan Kaderisasi dan Etika Dakwah Nabi, (Bandung: Pustaka Kasidah Cinta, 2002), hal. 48.

[4]Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Muafiri, Al-Sirah al-Nabawiyah li Ibnu Hisyam, Fadhli Bahri (terjemah), Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, (Bekasi: Darul Falah, 2012), hal. 107.
                                                                                                                                                        
[5] Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Sirah Nabawiyah, Analisis Ilmiah Manhajiah terhadap Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. (terjemah), (Jakarta: Robbani Press, 1995), cet. ke-6, hal. 237-238.
                                                                                                                      
[6] Wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran SKI kelas VII SMP IT Abu Bakar Yogyakarta,Tri Winarsih,S.Pdi
[7] Wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran sejarah kebudayaan islam kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.
[8] Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu,2012, Bandung : Alfabeta.
[9] Pengamatan secara langsung dalam kelas VII A SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.
[10] Ibid 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar